Pages

Thursday, December 03, 2009

What is wrong with my instinct?

Is my instinct broken or am I in a deep (bad) karma?

Hai!
Nama saya Rega
28.
masih 28? atau udah 28? up to you lah.
Yang jelas, saya pengen cerita.
Saya belakangan ini sangat kecewa dan sangat dikecewakan (entah apa beda nya sebenarnya)
Yak benar, dikecewakan oleh insting saya.

Dia pasti tidak bekerja dengan baik.
Udah rusak mungkin?
Atau mesti diganti yang baru?
Entah dimana bisa servis-nya?

Padahal sudah kira-kira satu dekade terakhir saya hidup menggantungkan diri dari insting saya.
saya bukan orang yang diberkati oleh kegantengan seperti beberapa teman saya. Tidak.
Tapi selama ini saya punya reputasi yang cukup oke.
Saya hampir tidak pernah ditolak cintanya.
Why? thanks to my instinct of course
Dia bisa tahu mana yang mau sama saya mana yang tidak. Mana yang suka mana yang engga.
Mana yang saya bisa setia mana yang saya pasti tar ilfeel.
Insting saya bisa tahu kapan cewe tidak tertarik, kapan cewe terlihat mau.
Bahkan kadang sebelum mau pun, insting saya sudah bisa mendeteksi. Jadi kalau dia mendeteksi sebuah hal yang baik, maka dia akan langsung bilang, "Rega, yang ini nih. Serbu! Sikat!"

Seperti halnya dia juga bisa mendeteksi hal yang kurang baik. Dan dia akan bilang, "hmm.. Rega!... ciaoooo !"

Most often.. ya memang saya sering ilfeel dan meninggalkan hubungan jd gantung.. baca: kabur.
Lebih baik kabur daripada terus tapi saya tidak hepi. Ya toh?

Eniweii, Insting saya sekarang tiba-tiba tidak bekerja!
Sudah setahun terakhir ini dia mengecewakan saya dengan sangat!
Setahun ini, semua kebalik, saya yang ditinggalkan dengan gantung.

Entahlah apakah insting saya layak disalahkan atau tidak.
Karena memang awalnya wanita-wanita ini tertarik.
Entah apa yang terjadi sampai mereka jadi pergi meninggalkan saya. Pergi karena tidak mau.
Saya tidak menarik
Saya sudah tua renta dan tidak menarik

dalam setahun ini, 4 cewe. 3 ga jadi berminat. 1 saya yang kabur karena saya yang tidak berminat. Yah ada lagi sih beberapa yang minor-minor, ga saya itung yahhhhh... Anggep aja 4 yaaaaaa... =P
Bayangkan 3 kali berturut-turut!! Apa yang terjadi ini?
What is wrong dengan insting saya?
Bukannya harusnya dia tahu cewe mana yang tertarik dan cewe mana yang tidak?

Saya pun jadi teringat. Bahwa saya sering sekali begini.
Yak. Kabur !
Jadi apakah ini karma?
Setelah di tahun-tahun yang dahulu saya sering kabur (karena ilfeel biasanya)
Dan sekarang cewe-cewe itu mungkin kabur, karena ilfeel juga mungkin kayaknya.
A taste of my own medicine kalo bahasa cakepnya.

Heeyyyyy... tapi kan tidak fair.
Karena saya pun sudah 3 tahun terakhir ini menjalani karma dari kejahatan saya dalam hubungan saya bersama si biyotch.
Gak fair dong??!!
Mana boleh orang lagi di tengah sebuah karma tertentu, lalu ketimpa sebuah karma dari yang lain lagi??
Gak bolee dong??!!

Kalo gini kapan saya boleh bahagia nya?

Hmmmm..

Apa yaa..?

Tetap saya bingung nih.

Jadi sebenarnya insting saya yang makin bego?
Atau memang saya sedang berada dalam karma yang luar biasa jahat?

Saya tidak punya jawabannya
Anda pasti tidak tahu jawabannya
Saya pun tidak tahu apakah Tuhan tahu jawabannya

Yang jelas insting saya tidak akan tahu jawabannya.

Karena dia bodoh!

Dan dia mengecewakan saya !!

Hhhhhhhhhh super zooonk

Saturday, September 05, 2009

what's in the past, stays in the past

http://mylittlebrenda.multiply.com/journal/item/109/whats_in_the_past_stays_in_the_past

Mungkin berbeda dengan Dhiandra yang bisa seperti tulisannya diatas.
Walau kita dua makhluk yang berkarakter mirip. alias, sama-sama aries tolol dan bodoh, dan sama-sama mudah disakiti (padahal mudah menyakiti).. hiyahahaha.. plus with all our drama!
But I have to differ.

Entah kenapa gue gampang banget kembali ke masa lalu. There's always something about the past.

To be honest, mimpi tentang biyotch masih suka menghampiri gue from time-to time. Seperti bulan lalu dalam seminggu tiba-tiba 2 kali gue bisa mmipi si biyotch. Beberapa hari yang lalu dalam satu mimpi, tiba2 muncul 3 sosok cewe, dari my lovely ex-gf SK, bekas gebetan GM, dan gebetan yg gue ilfil DH. So strange.

Jadi kesimpulannya. kayaknya gue malah sebaliknya.
Begitu seorang wanita memasuki hati gue. Apalagi wanita-wanita yang powerful dalam kehidupan percintaan gue, seperti si biyotch dan SK. Rasa-rasanya forever there shall be a special place dimana mereka akan selalu ada disitu dan sampai kapan pun gue gak akan lupa.
Itulah justru bukti kecemenan gue yang baru gue sadari.
Yaitu bahwa despite gue suka gampang ilfil, buang2 cewe (definisi temen2 gw), tapi sebenernya, begitu that someone udah menjadi spesial banget, gue udah mati kutu semampus2nya. Karena walau biyotch sudah nikah dan mgkn skrg sedang gendong2 anaknya (gw jg ga tau), tapi bayangan dia masih bisa terus-terusan mengusik gue walaupun bertahun2 tidak kontak.
Congratulations kepada biyotch yang sudah berhasil membangun singgasana mewah nya di hati gue. Dan congrats juga SK yang sudah berhasil memiliki lot khusus...

RP

me and my choux pastry heart

Gue baru tersadarkan.

Mungkinkah gue sebenernya adalah manusia dengan hati yang lemah?
atau kalo Corinne Bailey Rae bilangnya choux pastry heart.
Jadi seperti kue pastry.. kress kress kress.. dan habislah semua lebur. hahaha

Cemen.
Mungkin itu sebenernya definisi paling tepat tentang diri gue.
Sehingga semua kelakuan gue yang dulu-dulu suka kurangajar sama wanita, sebenarnya adalah bentuk denial dari kecemenan hati gue?

Mungkin gue selalu takut sakit, sehingga kerap gue menyakiti lebih dahulu.
You know, seperti lirik yang Jeff Buckley masukkan ke Hallelujah, "All I've ever learned from love was how to shoot somebody who outdrew you.."
Jadi mgkn itu sebenernya yang telah gue lakukan tanpa sadar. Gue belajar untuk nyakitin orang sebelum gue disakitin, tapi semua sebenarnya karena gue adalah orang cemen yang gampang sakit.

Masa lalu gue dengan biyotch mengajarkan gue banyak hal tentang sakit hati. Itulah kenapa gue bangga sekali dengan lagu-lagu gue yang katanya gloomy dan dark, walau aransemennya sok mau pop ringan/easy listening. Ya, karena ketahuilah saat lo denger gue bicara tentang sakit hati, gue probably adalah orang yang sangat-sangat qualified untuk bicara tentang sakit hati. Bukan kayak band2 pop melayu yang sok bicara ttg selingkuh tapi sbnrnya gak ngerti apa2 tentang perselingkuhan.
Bertahun-tahun gue hidup dengan sakit hati, dan belajar mencintai perasaan sakit hati. Itulah kenapa gue sampai saat ini merasa bahwa, untuk mengetahui hal-hal yang sebenarnya ttg cinta, seseorang harus benar-benar memahami rasa sakit dahulu.

Hati gue gak sekuat itu. Terlalu lemah, terlalu cemen.
Seperti kertas, apabila dibakar akan langsung habis seketika.
contoh: ya saat kita menjadi orang yang murahan.
Sebenarnya gue (dan beberapa temen2 pejuang cinta yang mostly adalah aries2 tolol) adalah makhluk-makhluk murahan yang menijijikkan dan sangat lemah.
Saking lemahnya akhirnya kita berhasil menciptakan self defense sedemikian rupa.
Sehingga semua kerapuhan kita tertutup didalam sikap jual mahal, ketidak-jelasan hati, kecuekan, ke-ilfeel-an, dan lain2nya. Karena saat aries2 menjadi sangat murah, saat itulah mereka habis terbakar tak tersisa, menjjijikkan, dan hina !.. hahhahha

Ya, gue sangat mudah ilfeel dan ninggalin cewe2. Mudah nyakitin dengan kata2 pedas. Mudah memperlakukan wanita dengan cuek dan kurangajar.  Mungkinkah itu adalah benteng gue untuk menghindari sifat asli dari hati gue keluar?
Kata beberapa temen gue yang cowo-cowo, ada laki-laki yang nyakitin cewe2 secara fisik (dengan dia tiduri lalu dia tinggalin, atau apa lah), dan katanya gue orang yang selalu nyakitin cewe2 di hati nya. Syiitt... dan menurut mereka gue lebih kejam. Ah tapi menurut gue engga kok.?? masa sih?
Temen-temen gue juga dulu pernah berteori bahwa gue sengaja selalu menaruh diri gue dalam masalah dan problema, nyakitin orang dan disakiti orang lain, supaya gue bisa merasakan rasa sakit lagi. They say i'm a "love hurt" junkie !

Yang gue ga sadar adalah bahwa semua itu tidak membuat hati gue jadi semakin kuat, tapi malah semakin hari semakin lemah. Semakin hari semakin tergigit sedikit-sedikit.... kress kress.. dan habislah lama-lama...

Anyway, mgkn bisa jadi benar juga, semua tindakan yang gue lakukan cuma denial untuk menutupi jati diri hati gue yang sebenarnya. Hati gue yang sebenernya sangat rapuh dan bodoh.
Mungkin sudah saatnya gue mengakui bahwa gue adalah pria cemen !!!! se-cemen-cemennya !!!

Now will someone save me please !!!
I can't take living like this anymore..
Hurting people and be hurt by others.
It's all an endless food chain. And I want out !!!

It's fuckin over ! and i want it over now !

RP

Sunday, August 30, 2009

Membaca Bahasa Asing dalam Tulisan tak Dikenal

Mumpung bulan Ramadhan, sekali-sekali mau ngoceh tentang 'agama'.
(note: Sepanjang notes ini, tulisan agama akan saya beri apostrof (') untuk memperjelas bagaimanapun bahwa agama itu besar kemungkinan diciptakan oleh manusia, tapi belief (atau kepercayaan akan Tuhan) besar kemungkinannya tidak.)
(note tambahan: bacaan ini adalah konsumsi trans-'agama'. Feel free to read this if you're a non-moslem, because it's not going to be a boring stuff about my 'religion')

Introduction

Al-Baqara : (4 & 5): "And who believe in that which is revealed unto thee (Muhammad) and that which was revealed before thee, and are certain of the Hereafter."
"These depend on guidance from their Lord. These are the successful."

ini versi terjemahan indonesia nya:
"dan mereka yang beriman kepada Kitab [Al Qur’an] yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya [kehidupan] akhirat."
"
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung"

Okelah, kita semua ngerti yang namanya nerjemahin bahasa itu sulitnya minta ampun. Karena akan selalu ada expressions yang ga bisa diterjemahin, sama kayak kalo kita nerjemahin bahasa inggris ke indo, or vice versa, pasti kita akan ketemu beberapa kasus dimana kita mentok dan mau ga mau sebuah ungkapan diterjemahkan secara kurang maksimal.Apalagi mencoba menginterpretasikan sebuah bahasa Arab kuno (yg kita sudah sama-sama sepakat tahu bahwa ini berbeda dengan bahasa arab sekarang)

Al-Baqara ayat 4 & 5

Anyway, point bahasan saya bukan itu.
Salah satu dari beberapa alasan kenapa saya senang dengan 'agama' Islam dan Al-Qur'an adalah karena justru ini satu 'agama' (atau kitab -  if referring to Koran) yang malah mengakui keberadaan beliefs lain.
Bukan cuma hanya disebutkan dan diberi contoh berkali-kali di dalam Al-Quran, bahkan supaya lebih ditaruh di ayat-ayat awal Al-Baqarah (surat pertama setelah Al-Fatihah)! (liat ayat-ayat diatas)

Ayat-ayat diatas, baik versi terjemahan english maupun bahasa nya, jelas menjelaskan bahwa bagi orang-orang yang percaya sama Tuhan, baik seperti yang disampaikan kepada Muhammad (dg Qurannya) maupun kitab-kitab yang ada sebelumnya, adalah orang-orang yang selamat !!

Al-Baqara ayat 6

Mari kita lihat ayat selanjutnya yang menyusul 2 ayat tersebut, (yaitu ayat 6):
Saya akan mulai dengan versi bahasa Indonesia:
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman."

in English translation:
"
As for the Disbelievers, Whether thou warn them or thou warn them not it is all one for them; they believe not."

Di sini jelas, mengingat ini adalah ayat yang melanjutkan 2 ayat sebelumnya tadi, bahwa orang kafir (atau The Disbelievers) adalah definisi yang berbeda lagi.

Jadi sangatlah lucu, bila melihat masih banyaknya santri-santri, imam-imam, khotib-khotib, bahkan mgkn beberapa ulama bodoh, yang masih meyakini bahwa pemeluk agama lain (atau org yg percaya kitab lain) adalah orang kafir atau disbelievers!!

Lucu dan tolol! Karena bagi saya yang gak pernah khatam-khatam baca Al-Qur'an dari dulu pun (dikarenakan terlalu banyak alasan2 saya), saya aja udah menemukan banyaaaaaaakkk sekali penjelasan akan perbedaan 'ahli kitab' dan 'orang kafir' tersebar di seluruh isi Al-Qur'an. Jadi santri-santri yang jelas-jelas pada belajar agama itu belajar apa sih sebenernya?

Lebih baik bisa baca atau bisa ngerti?

Disinilah masalah kita (umat Islam). Karena seringkali umat kita didorong untuk membaca al-Qur'an dalam bahasa Arab, ketimbang memahami intisari nya.
Saya tumbuh besar di sekolah dasar Islam, dimana saya selalu ketakutan kalo pelajaran mengaji, karena saya selalu terbata-bata dalam membaca tulisan-tulisan arab (yg jelas2 bukan bahasa saya, dan sangat sulit dimengerti seorang anak kecil berumur 10 tahun), dan saya akan selalu dipukul tangannya pake penggaris plastik kecil oleh guru 'agama'.

Akhirnya di Indonesia ini (karena saya tidak tahu di negara lain seperti apa), banyak orang yang bilang "saya sudah khatam Al-Quran"... Tapi bisa jadi sebenernya yang dimaksud adalah "saya sudah selesai membaca tulisan arab di buku yg bernama Al-Quran itu, tanpa mengerti apa yang dimaksudkan"

Mendingan mana sih? ngoceh dalam bahasa asing tapi ga tau artinya apa, atau menunda belajar bahasa asingnya dulu, untuk lebih dahulu mengetahui intisari nya dulu???

Kenapa umat Islam pemula (seperti saya dan kebanyakan dari kita) dan anak2 kecil tidak di-encourage untuk memahami intisari Al-Quran terlebih dahulu ketimbang disuruh belajar membaca Quran tapi gak ngerti ngoceh apaan.

Saya pun mengakui dulu-dulu saya ga pernah ngerti, setiap kali sholat, arti dari setiap bacaaan yang saya kumandangkan. Baru belakangan ini aja saya niat bener-bener mempelajari dan menghafalkan artinya, supaya kalo saya sholat bacaan yg saya baca adalah bener2 doa yg ingin saya sampaikan ke Tuhan.. Sholat yang (insya Allah sih) lebih khusyuk.

Paris St.Germain

Nih saya berikan contoh lebih gampangnya. Anggap anda membaca tulisan bahasa Francais tanpa tahu apa artinya. SIlakan coba baca tulisan dibawah ini:
"Le PSG et le Zénith Saint-Pétersbourg sont tombés d’accord sur le prêt avec option d’achat de Mateja Kezman. Le joueur s’est envolé pour la Russie et cet accord reste lié au bon déroulement de la visite médicale que doit passer le joueur sur place."

Emangnya ngerti itu apaan artinya? Itu saya ambil dari site nya Paris St.Germain (klub sepakbola Paris), lagi ngebahas tentang transfer option Mateja Kezman.
Kebayang ga, ratusan ribu atau mungkin jangan-jangan jutaan umat Islam Indonesia membaca Al-Quran ibarat membaca berita PSG tadi tanpa tau artinya???

Wajarkah kalau masih banyak khotib-khotib yang provokatif? pemuka-pemuka agama yang menebarkan benci terhadap pemeluk agama lain??
Lucu kan, mengingat seperti yang saya bilang tadi, bahwa salah satu alasan saya senang dengan Al-Quran adalah justru karena ini kitab yang mengakui dan meng-approve faham-faham lainnya ! Bahkan ceritera-ceritera background di belakang turunnya kitab-kitab yang sebelumnya pernah turun itu diceriterakan kembali disini!
Perlu kita pertanyakan lagi apakah orang-orang yang demikian (yang masih menganggap pemeluk agama lain adalah sama dengan kafir) adalah orang-orang yang benar-benar MEMBACA DAN MERESAPI AL-QURAN !!

Mungkin perlu kita lemparkan lagi ke seluruh umat islam di Indonesia:
Sebagai umat Islam "pemula", lebih baik anda mencoba mengerti/meresapi intisari/makna dari si kitab bernama Al-Quran ini, ataukah lebih baik anda mulai dengan sebatas bisa membaca nya tanpa benar-benar faham isi nya?

Jawabannya ada di hati anda, saya, dan kita semua.

Selamat menikmati bulan Ramadhannya yah.

RP

Tuesday, August 04, 2009

Jangan-jangan...

Apa yang akan lo lakukan kalo elo sudah mencoba menjadi orang normal, mencoba menjadi orang baik...

1.dengan tidak berharap yang engga-engga dan yang duniawi-duniawi.
saat itu gue cuma berharap raygava et al menjadi musik yang bisa cukup diterima masyarakat, dengan harapan bisa memberi jenis musik yang baru, jujur, dan beda. Harapan gue cuma satu, gue ingin pesan-pesan yang ingin gue sampaikan pada lagu-lagu nya bisa sampai dan dimengerti pendengar. Sangat jauh berbeda dengan kebanyakan motif musisi lain yang sebatas ingin super terkenal, digilai wanita, atau kaya raya. Tidak, sama sekali tidak berharap demikian.

2. Dengan menyatakan diri telah berhenti bermain-main dalam hubungan cinta, dan menginginkan kembali ke 'jalan yang benar'
udah jelas mencari orang yang baik-baik. Setiap hari selalu berusaha menjadi lebih baik. Menyesali kenapa dulu menjadi laki-laki brengsek yang ujungnya malah menyengsarakan hidup gue.. Kadang malah merasa diri gue cukup beruntung karena diberi tragedi, sehingga gue bisa belajar dari luka yg dalam dan penyesalan2. Daripada beberapa orang yang gak pernah belajar, malah entar tau-tau di umur 40 malah jadi suami yang brengsek. Kadang gue merasa dalam hubungan percintaan gue jauh lebih dewasa dan lebih bijaksana dari kebanyakan orang.. mostly karena hal-hal yang pernah gue lalui dan bagaimana gue belajar dari hal-hal tersebut.

Dan lalu lo mulai berdoa, sholat rajin... memohon hal-hal yang baik..
Dan semua dilepeh mentah-mentah..

Gue masih ingat bulan oktober-november 2008.
Album raygava et al harusnya rilis november batal !!.. gara-gara cover ga siap, harddisc aldy waktu itu sempet crash, dan bbrp masalah lain, gue lupa.
Gue inget pd saat itu gue nemuin sosok cewe yang oke banget, soleh, anak baik2, keluarga baik2, pintar... ehhh yang ada malah dia slipped away.
belum juga cukup gue disiksa secara batin, gue juga disiksa secara fisik dengan sakit selama 4 minggu tiada habis, sampe gak bisa beranjak dari rumah... !!!

LALU MAKSUDNYA APA?
Saat itu gue menangis karena gak kuat. Bagaimanapun gue manusia, begitulah waktu itu gue curhat ke Doi. Gue bukan Tuhan seperti diriNya yang kuat, yang hebat, yang maha adil.. Gue cuma manusia cemen. Yah masa' gue disiksa kayak begitu gue masih mau standing strong??
Akhirnya gue yang tadinya cukup rajin sholat, jadi berhenti. gue kecewa, protes, ngambek.
Walau demikian, gue tetap berkomunikasi dengan Boss dan masih menjaga agar tetap rutin solat Jumat. Gue sadar bahwa Dia adalah Tuhan dan bukan hanya dia bisa maha adil dan maha baik, tapi gue juga sadar bahwa dia punya segala hak untuk menjadi maha jahat. bebas dong, wong dia Boss.. Dia bisa ngapain aja kok.

Eniwei bulan demi bulan berlalu. Dan benarlah, Raygava et al hancur berantakan. Respon masyarakat yang hampir tidak ada, padahal review-review bilangnya bagus dan padahal orang yang sudah denger biasanya lgsg suka.
Dalam relationship pun sama aja. Nothing. Gue masih menunggu dan menunggu dan menunggu sampai Tuhan mau memberikan apa yang gue rasa hak gue.
Bertahun-tahun gue sudah bertobat, hidup dibalik penyesalan. Setiap hari selalu berusaha menjadi manusia (laki-laki) yang lebih baik. Gue udah tau bangsat-bangsatnya laki-laki dan gue udah tahu dan merencanakan dengan seksama bagaimana cara supaya gak jadi laki-laki brengsek seperti kebanyakan pria. still, nothing.. hahhaha
Dan gue pun terus berdoa dan berharap kepada Tuhan supaya segera dikembalikan ke jalan yang lurus dan benar. I HAD ENOUGH !!! ENOUGH !!!

Sampai suatu saat dimana tiba-tiba entah darimana entah karena apa, mata gue diperlihatkan sosok-sosok wanita yang super!.. benar-benar kualitas superr.. wanita-waniita langka dan ajaib. Dan entah kenapa tiba-tiba gue merasa pintu-pintu kok seolah-olah terbuka untuk diri gue ? Wawawaawww.. I can't believe this.... Ohhhh mungkinkah pada akhirnya Tuhan menjawab doa-doa saya?

Lalu kemudian dikarenakan sebuah diskusi dengan teman ttg Tuhan. dan juga terinspirasi oleh orang-orang yang rajin sholat, akhirnya gue memutuskan untuk kembali mencoba sholat 5 waktu. Karena selama ini gue berhenti pun gue tau, bahwa one day gue akan kembali.. it's only a matter of time. Dan selama berbulan2 gue gak mau 'memaksa' diri gue untuk solat. Gue cuma ingin mulai nyoba mayan rajin solat lagi hanya apabila gue memang ingin dan memang tergerak sendiri dari dalam.

Oke, maka gue decide untuk kembali mencoba solat 5 waktu...
Dan langsunglah, pintu-pintu tertutup !!!!!... Tuhan menjauhkan diri gue dan mengembalikan kepada penderitaan semula.

so, kalau elo jadi gue.... apakah anda akan membenci Tuhan?
Banyak yang mengira mungkin gue akan jadi ateis atau gue akan membenci Tuhan.
Itu karena mereka cuma melihat dari luar, dan mereka tidak mengalami penderitaan yang gue alami... plus mereka tidak mengerti komunikasi yang selama ini gue miliki dengan Tuhan. Gak mungkin gue gak percaya Dia! Justru gue malah mengakui kesemena-mena-annya sebagai hak-murninya sebagai Tuhan.

Sekarang apa bantahan/argumentasi anda kalau saya bilang begini, jangan-jangan memang Tuhan itu tidak ingin kita manusia untuk sholat rajin-rajin??..
Karena sudah 2x saya mencoba dan sudah 2x saya langsung dilempar dan dicampakkan ke tanah !!...
hayoooo??

Seumur hidup manusia mencoba mencari tahu bagaimana cara Tuhan berkomunikasi dengan kita. Dan gue rasa belum ada tuh manusia yang nemuin gimana caranya.. I wish I know now what He's been trying to say..
Not only for the current events.. but for what I've been through in the past few years.

Tuesday, May 26, 2009

"Titi..Tiara" Lyric

Lyric:
Titi...Tiara
by: Raygava

Kau sadar dirimu punya selera bagus dan semua tahu
Kutahu ayahmu punya rumah bagus di Kebayoran Baru

Dijemput di mobil hitammu
Dengan supirmu yang mengangguk sopan dengan batik warna biru

Semua tahu ibumu adalah selebriti masa lalu
Dan dia tahu bila kamu suka terkapar mabuk di lantai diskou

6 butir obat tidurmu
Tak akan mampu menghentikanmu dari perantauan malammu

Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Pacarku

Di majalah sosialita banyak fotomu bersama teman
Dengan tatanan rambut indah dari salon termahal di Gunawarman

Jalanmu yang teramat pede
Ketika kau masuki mall terkenal di kawasan SCBD

Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Bajumu.. yang termurah
Kau beli di pondok indah
dan kau jarang merendah...

Kemarin kau rayakan ulangtahunmu yang ke-19
Tanpa sadar kau teguk minumanmu 25 gelas

Engkau jarang merasa sepi
Pestapora di apartemenmu di daerah Setiabudi

Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Ha ha ha ha

Friday, May 01, 2009

Manusia Indonesia yang Terlalu Sosial

Seiring dengan pemberitaan tentang budaya konsumerisme di koran Kompas edisi hari ini, saya jadi teringat sudah lama rasanya ingin menulis tentang konsumerisme di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Banyak kutipan-kutipan menarik dalam artikel-artikel di Kompas pagi ini, namun saya akan mencoba membahas konsumerisme dari sudut pandang saya pribadi aja, biar lebih personal. hehehe.

Hidup di Indonesia kok Tekanan Malah Lebih Berat?
Mungkin saya awali dengan bagaimana tiba-tiba saya merasa hidup di Jakarta itu bebannya luar biasa berat. Saya pernah merasakan bekerja kantoran di London di 2005-2006, mencoba menabung padahal harga sewa flat luar biasa mahalnya. Maklum, kantor saya di kodepos EC1. Saya kembali ke Indonesia 2006 atas beberapa alasan. Anyway, bertahun-tahun bekerja di Jakarta yang seharusnya membuat saya lebih tenang, ternyata tidak juga. Bukan saja saya tidak lebih socially secure, saya juga tidak lebih financially secure.

Adalah beragam pressure di kota 'gila' seperti Jakarta yang senantiasa mengganggu kejiwaan manusia-manusia pekerja. Disamping biaya transport yang demikian tinggi, didukung oleh meningkatnya kemacetan dan bertambah buruknya infrasruktur-infrastruktur transportasi, kita digiring untuk menjadi lebih konsumtif. Makan-makan siang atau makan malam yang cukup mewah di Pacific place, belanja gadget terbaru yang memotong gaji secara cukup signifikan, dan puluhan contoh lainnya Semua demi apa? Demi sebuah status sosial?

Saya tidak ingin menyalahkan para produsen dan marketer, karena memang tugas mereka untuk menjual lebih banyak dan menaikkan laba usaha. Namun adalah salah kita sendiri, sebagai society, yang akhirnya menunjukkan kelemahan dari diri kita. Kelemahan besar manusia Indonesia sebagai makhluk yang 'terlalu' sosial !!

Manusia Indonesia sebagai Makhluk yang Sangat Sosial
Itulah mengapa jejaring sosial macam Facebook dan Friendster (dulu) sangat cepat boomingnya di Indonesia. Kebutuhan kita untuk bersosialisasi yang sangat besar inilah penyebabnya. Status sosial menjadi hal yang paling utama dalam prioritas kehidupan sehari-hari. Saya lebih suka menyebutnya dengan social pride. Dalam politik, belakangan ini kita saksikan partai-partai yang merasa perolehannya kurang tiba-tiba berburu-buru mencoba ciptakan koalisi besar demi 'menjaga martabat partai'. Jadi martabat-partai letaknya diatas kepentingan nasional. Hal yang serupa juga dengan pribadi-pribadi Indonesia, dimana social pride-nya kadang diletakkan jauh diatas kebahagiaan keluarga, pendidikan mental anak, atau hal-hal lain yang lebih esensi.

Sesuai janji saya, saya akan membahas ini dari kacamata saya saja, supaya lebih personal dan komentarnya gak ngawur. Tumbuh di Jakarta bersama ratusan teman-teman dan rekan-rekan sejawat kantor selama beberapa tahun ini, membuat saya menyadari banyaknya hal-hal yang tidak penting yang diperjuangkan oleh teman-teman sebaya saya (dalam range 5 tahun ke atas lebih tua dan 5 tahun ke bawah lebih muda).

Contoh, fenomena Blackberry yang sangat-sangat tidak penting dan highly overrated dapat menjadi demikian hebohnya karena social pride tadi. Social pride anda dapatkan dengan harga 3-10 juta. Padahal lucunya banyak pemakainya juga paling gajinya masih 5 jutaan, belum lagi anak-anak kuliahan yang entah apa pula manfaatnya selain cuma buat berinteraksi secara sosial lewat bbm, voice msg, ym, facebook, dan hal-hal seperti itu.

Saya juga melihat bagaimana manusia-manusia Indonesia di usia akhir 20-an nya (25 keatas) mulai mencari-cari ke-settle-an hidup, not necessarily karena mereka mendambakan hal tersebut, namun lagi-lagi demi social pride.
"Saya sudah menikah dooong,.."
"Saya sudah punya bayiii doong.."
"Ihhh kamu umur udah 27/28/29 masih kesana kemari. Kalah ihhh sama akuu.."
"Aku dan suamiku udah lunas dong cicilan mobil nya.."
, seolah-olah mereka semua berusaha mencibir satu sama lain. Pasangan-pasangan muda berlomba-lomba memasukkan foto bayinya ke facebook sebagai bukti akan 'kemenangan'-nya dalam kehidupan. Apakah benar mereka pemenangnya?

Fenomena manusia Indonesia yang kelewat sosial inilah yang pada akhirnya melukai diri kita. Sebagian besar dari diri kita dibawa untuk menjadi sangat concern terhadap apa yang orang lain  lihat di diri kita. Banyak perempuan-perempuan yang malu kalau mendekati 30 dan belum menikah juga, boro-boro masih malu kadang sangat frustrasi sehingga siapapun yang mau akhirnya dinikahin juga lah. Padahal gak pengen-pengen amat juga.

Sebagaimana selama hampir setahun terakhir ratusan teman saya telah mencibir saya,"ihhh BB tuh banyak banget tauu gunanya, sangat bermanfaat !" Well, that i know, my friends, tapi saya masih punya prioritas-prioritas pengeluaran lain dalam hidup ini yang jauh-jauh lebih penting. Somehow kita menjadi malu apabila kita tidak melakukan apa yang diinginkan oleh society.

Itulah kenapa kadang saya cukup takjub melihat desainer-desainer di Project Runway, satu-satunya reality show favorit saya. Kenapa? Kadang saya melihat orang-orang berumur 30-36 tahun, masih dengan ambisinya dan cita-citanya ingin menjadi seorang fashion designer. Woww !!.. that's something. Why? Karena itu sesuatu yang tidak mungkin terjadi di Indonesia, dimana manusia-manusia nya teramat sosial. Disini, semua orang akan bilang gila kalo ada orang umur 36 tahun masih mencoba mengejar 'dreamjob' nya.

Saya yang meninggalkan kerjaan, menghabiskan tabungan (plus hutang) demi supaya punya album (sebuah memorabilia hidup) aja masih dicaci maki oleh society.
"C'mon! Wake Up !!... go get a job !"
"Udah lah Ga, hidup lo udah berantakan begini, udahin aja.."
"Ga, please deh, lo udah umur segini. Sudahlah, stop playing around with your life.."
Orang-orang kantoran Jakarta, yang tentunya merasa sebagai 'manusia normal' selama ini pun sudah cukup menuding dan menuduh-nuduh saya yang engga-engga. Memberi saran-saran dan nasehat-nasehat yang sangat tidak membangun, dan malah menghancurkan mental. Why? Terimakasih kepada manusia-manusia Indonesia yang 'terlalu' sosial.. !!

Sehingga akhirnya rasanya berat bagi orang yang (saya rasa sih) cukup adventurous seperti saya. Bebannya sangat besar untuk hidup di Jakarta. Saya telah di-cap gila karena mengejar sebuah rencana saya, meninggalkan kerjaan, menyisihkan urusan-urusan perempuan, menjauh dari kehidupan yang settle, dan lain-lain. Capek rasanya. Sangat kontras dibandingkan malah dengan komentar teman-teman saya para office workers di Shanghai, NY, Singapore, London dan Seoul. Yang mana justru mereka ngiri karena keberanian dan kenekatan saya yang demikian besar... Sayang di Indonesia hal seperti ini value nya sangat rendah. Lebih rendah dari sebuah blackberry. hahhahaha

Manusia-manusia Indonesia terbelenggu oleh perkataan-perkataan dalam society mereka, sehingga diskon besar-besaran Crocs tiba-tiba menjadi ajang terbesar bulan ini, tidak memiliki Blackberry menjadi suatu bentuk keacuhan sosial, tidak menyukai musik pop-jazz macam Maliq atau Ecoutez menjadi sebuah ketidak-trendy-an, tidak datang ke sale besar MAP di suatu gedung perkantoran menjadi sebuah ketelatan informasi, Belum pernah nyobain Sour Sally atau Heavenly Blush menjadi sebuah dosa, Belum pernah ke Immigrant menjadi sebuah tanda lengsernya seseorang dari dunia ke-eksis-an pergaulan malam Jakarta, ..... dan seterusnya... Ini di level menengah atas.

Di level menengah bawah, Tidak punya motor menjadi fenomena ketidakgaulan yang akut, tidak memasang ringback tone (nada sambung pribadi) hits-nya ST12 yang terbaru menjadi bukti bahwa seseorang tidak peduli terhadap musik, .. dan seterusnya..

Dan seterusnya pula manusia Indonesia akan terus terbelenggu oleh konsumerisme yang tidak penting, apabila manusia Indonesia terus menjadi makhluk yang 'terlalu' sosial. Dimana setiap manusia berlomba-lomba untuk 'keliatan sama kerennya' (atau lebih keren) dibanding temen-temennya... dengan BB atau iPhone terbaru, makan di social house/potatohead .. atau sebatas menikah terburu-buru dan lalu pamer-pamer foto anak.

hehhehhe (tawa sinis)

Tuesday, April 07, 2009

Our lives seen in different angles

taken from:
http://www.facebook.com/home.php#/note.php?note_id=80519426824&id=564050545&index=0

Our Lives Seen in Different Angles
30 March 2009

Apakah yang kita cari dalam hidup?
Banyak sekali kriteria yang beredar di luaran sana, dan saya yakin masing-masing diri kita pun tidak punya jawaban pasti akan pertanyaan ini.

Di Jakarta ada orang-orang yang mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam pekerjaannya dan oleh karena itu ia merasa bahagia. Ada juga yang mendapatkan uang yang tidak seberapa dalam pekerjaannya dan walau demikian ia bahagia. Bertahun-tahun saya mencoba melakukan riset untuk mempelajari "rumus kebahagiaan" tapi tetap saya gagal dalam menemukan formula nya.

Ada seseorang, katakanlah namanya A yang sudah menikah, hidup sederhana, keluarga simple dan bahagia, dan saya iri kepadanya karena entah mengapa dalam sejarah hidup saya, saya selalu dijauhkan dari segala hal yang berbau ‘settle’, dan oleh karena itu kehidupan dia adalah wujud impian saya. Namun A merasa iri kepada B yang  hidup lebih berada, dengan pekerjaan yang memberikan bayaran yang lebih dari cukup untuk keluarganya, dimana banyak hal terasa bisa didapatkan dengan mudah. Walau demikian, B merasa iri kepada C, yang memiliki usaha sendiri ketimbang dirinya yang hanya ‘pekerja’ dan kebetulan C menghasilkan lebih banyak daripada B, yang akhirnya membuat B merasa dirinya kurang cukup. Yang tanpa dikira, ternyata C malah merasa iri kepada diri saya, karena kebebasan yang saya miliki, dan iri kepada keberanian saya memperjuangkan makna hidup. Aneh, padahal kan saya iri terhadap A. Yang dalam rantai makanan, seharusnya saya ini berada di level paling bawah dari gambar piramida-piramida yang selalu ada di buku-buku biologi sekolah dasar itu. Jadi formula nya apa? Tidak akan pernah bisa ditemukan. Karena pada dasarnya manusia akan selalu menginginkan apa yang ia tidak miliki.

Contoh lain, di dunia ini ada orang-orang yang dilahirkan di keluarga yang kurang harmonis. Banyak orang-orang yang mengalami trauma dari usia muda. Banyak juga yang mencari pelarian dan akhirnya berantakan. Mereka-mereka ini kerap merasa sedih dan menyesali, “kenapaaa gue harus dilahirkan di keluarga ini? Kenapa gue ga bisa dilahirkan di keluarga baik-baik seperti orang-orang lain?” Kadang mereka berharap seandainya mereka hidupnya lurus, tapi sayang semua sudah terlanjur (menurut mereka). Memang orang-orang seperti ini paling gampang menyalahkan keadaan. Kesannya kalo sekarang mereka lagi pada ngiprit di lantai disko itu semua salah ibu tirinya yang saat itu lagi nyabu di kamar sama pacarnya yang berumur 26 tahun. Padahal segala perubahan itu bisa saja dilakukan. Tetapi jangan salah, di dunia ini juga ada orang-orang yang berantakan padahal mereka lahir di keluarga baik-baik dan harmonis. Dan mereka-mereka ini lucunya akan senantiasa merindukan sesuatu yg tidak mereka miliki. “Kenapa sihh gue harus punya orangtua kayak gini, udah tukang ngomel, gue pulang pagi dikit aja rese minta ampun... Kenapa sih gue ga bisa punya orangtua yang asik kayak temen-temen gue? Yang ngebolehin gue nyimeng di kamar, ga perlu banyak komentar tinggal ngasih duit aja tiap bulan ke rekening gue, yang sering pergi keluar negeri jadi rumah gue kosong,... kan enak tuh...” Yah, bagaimanapun rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana merubah cara anda memandang hidup anda.

Pengalaman pribadi saya sudah membuktikan hal yang serupa dalam riset saya mengenai "rumus mencari kriteria pasangan", disaat saya dekat atau pacaran dengan seorang wanita yang nagging dan banyak maunya, maka pacar saya yang berikutnya setelah itu most likely adalah orang yang lebih mandiri dan gak nyusahin. Tapi lalu bisa saja ternyata gaya berpakaiannya yang mungkin menurut kamus saya masih kurang stylish. Maka kemungkinan besar wanita selanjutnya adalah seseorang yang sangat fashionable. Yang tetapi bisa saja tiba-tiba saya menemukan bahwa dirinya ternyata sangat matre. Sehingga akhirnya untuk pacar selanjutnya saya menemukan wanita yang lebih sederhana dan bisa diajak susah, tetapi sayang kurang cantik. Lalu akhirnya wanita berikutnya adalah wanita yang sangat cantik, namun sayang sekali posturnya agak pendek. Lalu akhirnya kemudian saya bersama wanita yang tinggi, tapi ternyata agak nagging.. Nah lho? Hahaha. Kok malah kembali lagi ke awal? Akhirnya semua terasa seperti gali lubang tutup lubang. Akhirnya satu-satunya rumus yang saya temukan cuma bahwa pacar saya berikutnya akan menutupi kekurangan yang dimiliki pacar sebelumnya. Kalo begini sih mau sampe kapan?

Pada dasarnya setiap hal akan selalu ada kekurangannya. Dan setiap orang akan selalu merasa iri terhadap orang lainnya. Untuk itulah penting diketahui bagi semua, siapapun, baik yang merasa dirinya sukses maupun gagal dalam kategori apapun, bahwa somewhere out there ada seseorang yang merasa iri dengan kehidupan yang anda jalani. Somewhere out there ada orang-orang yang berharap bisa memiliki istri/pacar seperti yang anda miliki saat ini. Somewhere out there ada orang-orang yang berharap bisa melakukan apa yang anda kerjakan saat ini. Dan selamanya juga kita harus sadar bahwa somewhere out there ada seseorang yang menjalani kehidupan yang benar-benar anda inginkan. It’s all natural.

Karena inilah dunia. Tidak ada formula logis seperti matematika dimana A akan selalu > daripada B. Atau E akan selalu = M*c^2. Karena di dunia ini, semua tergantung darimana anda memandang. Tergantung value apa yang sedang anda pegang saat ini.

Berbulan-bulan lamanya saya mencoba berdamai dengan diri saya sendiri. Berbulan-bulan saya menghadapi ego saya yang hancur perlahan-lahan. Dari seorang pekerja eksekutif yang lumayan berada dan agak sombong, hingga menjadi seorang yang sedemikian sederhananya dengan rekening bank yang kering. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang saya rindukan, seperti nonton konser, nonton bioskop, sampai minum-minum wine bersama kawan-kawan. Banyak sekali tempat-tempat yang tidak pernah saya datangi lagi, seperti cork & screw, kiyadon, sampai df. Dan semakin hari semakin banyak jumlah kehidupan orang lain yang saya iri. Apa saya harus menyalahkan semua kepada raygava et al.? Itu berarti saya sama dengan kebanyakan anak-anak broken home yang cuma bisa nyalahin keluarga. Gak biisa gitu dong.

Pada akhirnya, saya sadar bahwa saya harus menemukan kebahagiaan dari hal-hal yang sangat sederhana. Sesederhana nonton DVD di sore hari sendirian ditemani coffeemix dengan es batu. Karena saya pada akhirnya akan terus mengingatkan kepada diri saya bahwa hal inilah yang dulu selalu saya impikan disaat saya terpaku di depan layar komputer di siang hari dengan deadline yang numpuk. Hal yang akhirnya membuat saya berhasil berdamai dengan diri saya sendiri, and so should all of us, in our different conditions and situations. We’ll continue to envy others, that’s alright. But we shall also continuously shift our angles on the world around us. ;)

Kebahagiaan memang tidak ada rumusnya, karena kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Bahkan versi kebahagiaan menurut saya pun berubah-ubah. Jangan lupa bahwa 5 tahun yang lalu saya sangat ambisius dan punya keinginan untuk hidup di luar negeri bekerja sampai 5-10 tahun, sampai tabungan lumayan banyak, lalu baru kembali ke Indonesia. 2 tahun kemudian saya pulang ke Indonesia dengan versi kebahagiaan yang totally differrent. Hahahha.. Manusia kadang emang bego dan lucu.

Satu yang saya pelajari, hidup tidak akan pernah bisa direncanakan. Yang kita manusia bisa lakukan hanya beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi (bila memang baru saja terjadi perubahan dalam hidup anda), dan juga, beradaptasi kepada kekurangan-kekurangan, baik kekurangan dalam perjalanan karir anda, kekurangan istri/pacar anda, kekurangan finansial anda. Setiap anda merasa berkekurangan atau memiliki ketidakpuasan, berarti ada kesempatan baik untuk mengganti lagi sudut pandang anda. So,.... Let's change, shall we?

Wednesday, March 25, 2009

18 March 2009 - The Evil of Desire

Semakin jauh rasanya dari hari ‘peluncuran album’ di Januari, dan semakin dekat rasanya kepada hari dimana saya akan gulung tikar, menurunkan gorden, dan menutup perjalanan panjang Raygava et al ini. Memang sih, itu masih akan terjadi di bulan Juni, namun semua terasa semakin dekat. Saya pun sudah memahami bahwa apabila saya harus berdamai dengan sesuatu, sesuatu itu adalah diri saya sendiri.

Kebetulan baru saja saya melihat acara televisi berjudul Tribe di Discovery channel. Acaranya sedang membahas kunjungannya ke tribe di Tibet. Walau tidak memperhatikan dari awal, disini pembawa acara menunjukkan dengan jelas ambisi dia untuk bisa mendaki Everest ke sebuah lokasi tertentu yg termasuk cukup tinggi untuk orang awam. Sebelum ditampilkan perjalanan dia mendaki gunung selama berhari-hari itu, dalam narasinya, ia mengungkit bagaimana Buddha sering mengajarkan bagi umat manusia untuk bisa ‘menahan’ desire-nya, dikatakan karena desire itu akan membawa evil. Karena desire dapat menimbulkan rasa sakit, kecewa, dan perasaan-perasaan lain yang serupa. Maka itulah dilakukan meditasi, sebuah usaha untuk meredam desire tersebut.

Perjalanan yang dilakukan pembawa acara Tribe ini cukup sulit, mengingat salju menumpuk sangat tinggi; dengan kata lain, ia datang dan mencoba mendaki di musim yang salah. Berhari-hari sudah si pembawa acara ini memaksa untuk bisa terus maju walau dalam kondisi alam yang tidak memungkinkan. Begitu tebal saljunya persis sekali dengan kondisi yang tergambarkan di komik Tintin in Tibet. Hingga suatu hari dimana tidak ada jalan lain selain kembali. Kawanan Yak pembawa barang-barang sudah tidak mampu lagi mendaki tebing yang curam dan bersalju, sehingga mau tidak mau seluruh tim harus pasrah dan kembali. Disitulah lalu dia menceritakan bagaimana dia sungguh kecewa dengan apa yang menimpanya. Sudah berbulan-bulan lamanya dia memimpikan akan mampu mendaki Everest ini. Dan dia tahu bahwa dia mampu, dia tidak pernah gagal dalam tantangan-tantangan fisik. Namun disini, pada akhirnya bukanlah kemampuan fisiknya yang akhirnya membuyarkan impiannya. Pada saat sebelum berputar turun gunung itulah dia lalu bercerita kepada pemirsa, bagaimana akhirnya dia mengerti apa yang dimaksud Buddha. Keinginan besarnya untuk mendaki gunung Everest inilah yang membuat dirinya buta dan terus memaksa sepanjang perjalanan, disaat para sherpa menyarankan untuk kembali karena misi ini cukup mustahil dalam kondisi alam yang demikian. Dan sekarang ia mengerti bagaimana sebuah desire bisa berakibat fatal, karena dapat menimbulkan rasa sakit, kecewa, dan frustrasi.

Sebuah tontonan yang inspirational sehingga mampu membuat saya bergegas menuju ke laptop saya ini dan menulis tulisan ini. Saya pun langsung mengerti bagaimana semua ini terjadi, dan hikmah apa yang harus saya ambil terkait dengan perjalanan saya ini.

Raygava et al tidak pernah sebelumnya menjadi sebuah desire yang demikian besar. Saya masih ingat pertama kali saya berencana kembali dari London waktu masih di tahun 2005-2006. Waktu itu saya membayangkan bahwa di Jakarta saya akan bekerja sampai jam 6-7-an lalu jam 9 malam akan bermain untuk sebuah band cafe. Terpikirkah disitu Raygava et al yang saya kenal saat ini? Sama sekali tidak.

Entah mengapa dalam perjalanannya tiba-tiba keinginan untuk ‘mendokumentasikan karya’ Raygava et al ini menjadi demikian besar. Semakin lama semakin menumpuk, dan semakin besar. Dan lalu tahun demi tahun berlalu sehingga seluruh target tiba-tiba berubah. Hingga 2008 akhirnya saya sudah mencapai titik dimana album dari Raygava et al menjadi sebuah blind desire, titik dimana akhirnya saya harus melakukan apapun sebisa mungkin untuk memastikan bahwa album ini berhasil diluncurkan.

Hal inilah yang membuat pengorbanan demi pengorbanan pada akhirnya dilakukan tanpa terasa. Dari mulai pengorbanan-pengorbanan di kehidupan sosial, uang-uang tabungan yang menguap dengan begitu cepat, bahkan terhadap umur yang terus bertambah, semua benar-benar tidak pernah mengganggu pikiran saya. Target saya sudah jelas, dan saya sudah terbutakan untuk bisa memenuhi target tersebut. Seperti pembawa acara Tribe tersebut, Raygava et al pun apabila memang gagal, bukan gagal karena musiknya jelek, melainkan faktor ‘alam’. Tuhan pun telah berulang kali menghambat saya dan menunjukkan kepada saya kondisi ‘alam’ yang seolah menentang desire saya. Tapi saya terus memaksa. Sama seperti dia, saya terus memaksa karena saya tahu kualitas yang saya miliki. Saya percaya Raygava et al adalah musik yang jenius. Seperti halnya si pembawa acara ini yakin akan kemampuan fisiknya. Namun pada akhirnya memang bukan kualitas diri lah yang menentukan. Bagaimanapun kondisi alam tidak diatur oleh diri kita.

Namun, bukan berarti desire saya kemarin ini adalah sebuah dosa. Tidak juga. Karena tujuannya tetap mulia. Ini adalah usaha pendokumentasian karya saya untuk generasi penerus saya, terutama anak dan cucu saya. Sebuah kenang-kenangan yang saya ciptakan terlebih dahulu jauh sebelum mereka ada. Suatu bentuk ‘dokumentasi’ yang akan dengan cepat menjelaskan tentang diri saya, kehidupan saya, dan mudah-mudahan bisa menjadi sebuah memoirs kecil untuk mereka mengerti. Apapun yang terjadi nantinya di akhir perjalanan ini, saya pun berharap akan dapat menjadi pelajaran bagi mereka. Jadi tidak, saya sama sekali tidak boleh merasa menyesal akan desire saya itu. Yang boleh saya rasakan yaitu bahwa sekarang saya sadar kalau saya tidak berhak untuk menuntut apapun dari perjalanan ini. Bahkan menuntut untuk bisa balik modal pun sebenarnya tidak berhak. Sebuah blind desire telah saya puaskan, dan secara bijaksana saya harusnya siap menerima apapun yang menjadi konsekuensinya. Termasuk bahwa Raygava et al akan kandas dan seluruh uang saya dan hutang saya akan lenyap tanpa ada yang kembali. Tuhan akan senantiasa memberi saya pelajaran demi pelajaran, kegagalan demi kegagalan, kekecewaan demi kekecewaan, dan kalau dilihat-lihat anehnya semua jauh lebih banyak dari orang lain pada umumnya. Dan ini adalah sesuatu yang semestinya saya syukuri, bukan saya tangisi.

Note:
1. Tulisan ini merupakan bagian dari rencana saya menyusun tulisan-tulisan inspirational dengan judul FINANCING A DREAM (rencananya). Hal ini pun sudah direncanakan jauh sebelum album raygava et al keluar di pasaran. Mengingat begitu banyaknya buku-buku yg mendokumentasikan keberhasilan, banyak teman-teman saya yg merasa bahwa akan sangat keren malahan apabila buku saya nanti menjadi sebuah tulisan yang mendokumentasikan kegagalan. Rencananya saya ingin mendokumentasikan bagaimana saya berjudi dengan hidup saya, mempertaruhkan segala hal dari mulai tabungan, pekerjaan, sampai hubungan percintaan, semua demi tercapainya sebuah legacy hidup.

2. Album WHERE I BELONG dari RAYGAVA ET AL. masih tersedia di toko-toko. Dan hingga saatnya tiba nanti, saya akan masih terus bergerilya dan melakukan apapun untuk Raygava et al ini..Dan dokumentasi akan perjalanan Raygava et al ini akan terus berlangsung. hehehe

Wednesday, February 11, 2009

09 February 2009 - A Month After

09 February 2009

A month since my official album launching date.

Today was so painful. Since last night, the internet was suspended. I suspect it is because of our 2-month outstanding payments. In the morning I watched Inbox and Dahsyat, and the other new (similar) show at Trans TV. How lucky these people are. From the village-looking rockstar-wannabe bands, that I guess would be from a smaller town somewhere outside Java island, to a group of young city-boys trying to provide the hippest new-jazz tunes for the upper-segment, with their trendy ‘bilingual’ songs. I know how much it costs a new band/artist to get into those highly-overrated shows, and it’s just a sum of money I know I cannot afford. Do these new faces know about this? Or maybe only their rich ‘juragan’ parents (or rich ‘pejabat’ parents)? Do they know how much money their fathers spend only to make their kids be more famous? Do these kids know how does it feel to be like me, who worked long-hours for years only to save it, lend more money, and then use it out for such projects, and yet achieving only a 1/10 of the budget they're getting from their fathers? Do they know how does it feel shifting from a rich Jakarta CBD office workers with the highly-prospective talent in the industry (or so they say), to a poor artist (as in worker of art) with no-job and nothing left in his bank accounts? And the thoughts went on. Well, basically I was envying these people so much.

Later at noon, I walked into a bank to make a payment for my cable TV. I had to deposit the money my father gave me into my account, for it to be transferred later via ATM as the cable payment. And then I saw this teller, next to the one I was speaking to. She was holding a large bundle of Rp50,000 notes. My brain was trying to make a rough judgment on how much that bundle probably worth. Maybe around 50 million. The next bundle that I then saw was of Rp100,000 notes, in similar size. Hmm that should worth more, maybe 100 million. And for that brief second I was actually thinking of robbing the bank, only basically to finance my well-drought marketing campaign. If only I had a gun with me, I thought. And suddenly I remember all the news about those robbers in motorcycles, robbing as ‘little’ as only Rp50 to 100 million rupiahs. Whenever I saw this kind of news in previous years, I have always wondered, why would a group of guy steal only that amount of money? Why not go all the way and plan a large heist, like the recently popular investment-fraud we’re seeing all-over the world?


Now I suddenly understand why. And so in this vision I see myself right there, just like them. On a worn-out motorcycle, with an accomplice, trying to escape the guards and police, with only Rp50 million in the bag I’m holding tight around my arm. With that amount of money, I can hit the Televisions, just like all the other bands/artists normally..... Nahh, but I can never do that. I don’t have the guts and I’m not that desperate. But I’m telling the truth, it did cross my mind for a brief few seconds.

But then later I was inspired by the movie “Vicky Christina Barcelona”. On DVD of course, I could not afford going to the cinemas anymore. It’s another movie done by Woody Allen, and played by, not surprisingly, his recently favourite actress, Scarlett Johansson. In some parts, the movie highlights the artists (again, workers of art) living for the love of life, represented by the character Juan Antonio, his poet father, and even his-ex-wife. The movie shows us that in a certain life at a certain distance from the bustling businesses of New York City, simple elements of life are cherished by certain people. Even so simple that the concept of affection and love (and also sex, for that matter) should not at all be regarded as complicated. The character Vicky, whose life is well organised and carefully planned, and who was on her way to wed the ideal man (or so she thought), found herself secretly longing for a love life with Juan Antonio. And even the free-spirited Christina, who had initially thought she wanted a 'different' love life with an artist, finally found herself not that crazy after all. This movie carries so many messages I think people should see it.


I then started to be thankful. It all just makes sense. Life is wonderful and I love it so much. So why must one dwell on plans and strategies if they only put more pressure, and in the end pulling that person further away from the happiness he seeks. I know I only have Rp2 million left for the next God-knows how many more months. I know that I must be crazy to think that the marketing budget I put for Raygava et al could compete with the budget of others, that are at least 10 folds, each! I know I’m well behind compared to most of my friends who are now ‘enjoying’ their settled life with a wife and a housing mortgage. But I should remember that above all, my mission has been accomplished. I finally have an album, out there, in record stores, and a pretty damn-good one too (if only more people know about it). A fine work that everyone around me is so proud of, and therefore so should my descendants. Even I can’t be prouder that I am now. So if no one buys it, and no one is making any song-request to the radios, should that give me headaches?

The album is a celebration of life. The darkest hours of my life, the pain of love, the torturing home-sick, the painful-dilemmas, and even the passions for love, all were there. Presented in stupid lyrics. Hahaha.. It has been my message to people to live their life to the fullest, even in grim moments. I should always remember that!

And so it came to me that life should be cherished, for it is not all about having enough money to live. Every fresh air I took when I was out there 7 AM in the morning running around the block, every bench-press I made whenever there’s just nothing more to do other than pointless work-out, every ‘pricy’ golf swings in the midst of gloomy sky and singing birds, every DVDs I watched in the mid-day only because the cable TV is suspended due to outstanding payments, every futile effort of running the scales back-and-forth trying to be a better guitar player. Aren’t these elements of good-life? Suddenly it strikes me that I should enjoy myself more. Hmm, maybe I should even go out today? Nahh, not today. But maybe tomorrow. Marketing campaigns? Ahh I should give less shit about it. I’ve been the smallest David ever existed, trying to fight the Goliaths. I think it’s alright if David loses the battle. Rp2 million left? Ahh who cares? You’re not gonna be dead anyway. Some people are even living in the brink of death. I was only jealous I guess; Jealous of all the other bands/artists with their ‘blessed’ budgets. But I know I shouldn’t let it get into my head. I should smile, go out, and while at it, get more creative by finding out more life-enjoying things to do sans d’argent.

Monday, February 02, 2009

13 Radio dalam 3 Hari

13 radio dalam 3 hari. Itulah judul sesi radio visit raygava et al minggu lalu di Bandung.Mau ga ke Bandung? Waahhh seperti ajakan yang bodoh. Tentu saja mau! Udah lama banget sejak terakhir kali gue ke Bandung. Mungkin jauh sampai ke bulan November 2008. Gue pikir2, oke bgt lah, sudah pasti dari satu radio ke radio lain akan menjadi sangat melelahkan dan potensial membosankan. Tapi at least gue akan bisa menghirup udara sejuk Bandung lagi, my second hometown..

Ke-13 radio tersebut adalah: pro-2, Rase, Hard Rock, Garuda, Auto, Oz, Sky, CBL, i-Radio, Ardan, 99ers, Global, dan Prambors.  Dihajar dari hari kamis hingga hari Sabtu. Plus, ditambah hari sabtu mlm disuruh maen di Oh La La Ciwalk.Capeknya memang setengah mati. Tapi sangat fun, dan gue masih bisa menyelipkan sedikit-sedikit waktu untuk hang-out bersama sejumlah geng pertemanan gue di Bandung. Lalu setelah semua selesai, hari minggu kemaren gue akhirnya menyadari kunjungan gue ke Bandung kali ini cukup berhasil dan cukup menyenangkan. Respon-respon radio cukup bagus, baik dari orang-orang radio nya sendiri maupun para pendengar. Manggung hari sabtu juga menjadi cukup seru. Entah kebawa dari perjalanan radio kami atau bukan, yang jelas mempromosikan musik kami dengan bercanda menjadi semakin menyenangkan, termasuk diatas panggung disaat kami memainkan 10 lagu, including 4 lagu cover dari Van Hunt, The Magic Numbers, Jack Johnson, dan Pink Martini… hehehe.

Okeh.. semoga.. semoga.. semoga. *fingers crossed*

Mudah-mudahan kejujuran musik raygava et al masih punya cukup energi dan kekuatan untuk at least menyamakan band-band lain yang jelas-jelas mengucurkan ‘uang-uang’ yang bekali-kali lipat. Bisakah David melawan Goliath-Goliath? Gak perlu mengalahkan kok, sebatas ‘melawan’ saja sudah sebuah prestasi luar biasa. Hehehe.

Respon-respon sudah sedemikian positif. Tinggal bagaimana kita lihat apakah ke-positif-an ini mampu mengalahkan lembaran-lembaran uang yang dikucurkan para goliath. I’ve done my part, now it’s all in the hands of the media and public. I need the airplay from the music directors, and the request from the listeners. Cuma itu harapan yang ada bagi band ‘termiskin’ yang sudah merilis album di industri musik Indonesia saat ini… hehehehe. Tanpa itu semua, kami gak akan pernah bisa masuk Gen FM, ataupun masuk acara Inbox atau Dahsyat. Perlawan terhadap band-band ‘anak-juragan’ dari daerah (yg memiliki budget yang extraordinarily-ridiculous) harus terus dilancarkan, bila industri musik Indonesia ingin diselamatkan.

Friday, January 16, 2009

Hurry To The Future !!

I can't stand it anymore.. please take me away from here...

INTRO : Lifetime Achievement

Bukannya saya gak berterimakasih. Saya sudah tahu karena semua orang pun sudah menyatakan betapa bangga mereka terhadap saya. Saya pun bangga terhadap diri saya. Tetapi there's just something missing...

Saya baru saja melakukan pencapaian yang luarbiasa. A lifetime achievement (of course, my version of it). Setelah bertahun-tahun berjuang, berkutat, dan dengan seluruh tetesan-tetesan darah, akhirnya saya berhasil merilis album perdana raygava et al. Album ini diberi judul "Where I Belong", judul sebuah lagu di track no.3 album ini yang bercerita tentang homesick luar biasa yang saya alami di London tahun 2004.

VERSE : Where I Belong

Mengapa judul ini? Karena semata untuk mengingatkan saya akan dimanakah saya 'belong'. Supaya saya tetap ingat dilema yang saya alami dari mulai oktober 2005 hingga januari 2006, dimana saya harus memutuskan untuk terus bekerja di UK atau pulang kampung ke Jakarta. Hal tersebut, pada saat itu, adalah sebuah dilema terbesar di hidup saya. Walaupun saya seorang Aries sejati, namun sekokoh apapun saya terhadap keputusan saya, bukan berarti saya tidak melewati keguncangan dan dilema besar. Ini adalah salah satu alasan kenapa saya kembali ke Jakarta. Lagu-lagu yang sangat dalam artinya bagi saya, seperti "Tanda-tanda", "Where I Belong", dan "Cara Pergi ke Bandung" adalah masterpiece-masterpiece yang harus di publish. Karena sampai detik ini pun saya sangat yakin saya tidak akan mampu menghasilkan karya seperti itu lagi.

Judul "Where I Belong" akan senantiasa terus mengingatkan saya akan 'misi' saya kembali dari London. Dan juga supaya tidak lupa daratan. Supaya saya ingat siapa saya dahulu. dan juga ingat alasan-alasan dari keputusan yang akhirnya saya ambil. Kehidupan saya sekarang di Indonesia adalah sebuah mimpi indah bagi seorang Regawa di tahun 2004-2005.. ini yang akan selalu saya ingat!

REFF : 3 years later

Tiga tahun sudah berlalu dengan cepat (atau mgkn malah lambat). Saya disini, berhasil mewujudkan 'pencapaian hidup' saya...  Tapi mengapa terasa sangat sepi?

Bertahun-tahun saya memelihara rasa benci saya kepada biyotch. Banyak teman yang penasaran kenapa saya memelihara rasa sakit saya. Jawabannya, semua demi mempertahankan semangat dan api membara yang ada di dada saya selama 3 tahun ini. Sakit saya adalah amunisi saya yang memungkinkan raygava et al bisa sampai titik ini. (jangan-jangan ini juga alasan kenapa saya cenderung menghancurkan hubungan-hubungan yang saya punya. kalo kata temen saya, i was never in pain, therefore i've always created my pain)

Tapi sekarang. disaat misi sudah tercapai.. ingin sekali rasanya saya buang rasa sakit ini.. So, instead of enjoying 'being on top of the world', i'm left alone, holding this junk called 'hurt' in my hand, something i'm so desperate to thrash immediately.

Intinya,..
sangatlah susah menikmati sebuah kesuksesan besar dan pencapaian hidup yang begitu penting bila anda tidak memiliki seseorang untuk berbagi..
Dimana anda tidak memiliki siapa-siapa untuk mendengarkan cerita panjang anda akan betapa lega-nya diri anda, dan betapa bangga-nya anda terhadap diri anda sendiri..

Somehow sangat mirip dengan diri saya 7 tahun yang lalu, disaat saya mulai mendapatkan IP diatas 3 berturut2, heheh (maklum, sebelumnya 1 koma terus).. dan saya masih ingat apa yang saya tulis waktu itu....
"When you're flying so high ... sometimes it's just so lonely up here in the sky"

OUTRO : Hurry to the future !

Saya cuma lelah. Lelah setelah 3 tahun mengorbankan dari mulai tabungan, karir kerjaan, sampai kehidupan percintaan.. semua demi memberi jalan kepada album "Where I Belong" ini...

Sekarang hati saya sungguh kosong, sekosong kantong saya yang sudah tidak memiliki uang lagi.. saya cuma ingin fast forward ke masa depan.

Bertahun-tahun lamanya saya memimpikan ada mesin waktu, supaya saya bisa kembali ke masa lalu. Baru kali ini saya ingin mesin waktu itu untuk bisa bawa saya maju ke masa depan...
hurry to the future !!