Pages

Sunday, August 30, 2009

Membaca Bahasa Asing dalam Tulisan tak Dikenal

Mumpung bulan Ramadhan, sekali-sekali mau ngoceh tentang 'agama'.
(note: Sepanjang notes ini, tulisan agama akan saya beri apostrof (') untuk memperjelas bagaimanapun bahwa agama itu besar kemungkinan diciptakan oleh manusia, tapi belief (atau kepercayaan akan Tuhan) besar kemungkinannya tidak.)
(note tambahan: bacaan ini adalah konsumsi trans-'agama'. Feel free to read this if you're a non-moslem, because it's not going to be a boring stuff about my 'religion')

Introduction

Al-Baqara : (4 & 5): "And who believe in that which is revealed unto thee (Muhammad) and that which was revealed before thee, and are certain of the Hereafter."
"These depend on guidance from their Lord. These are the successful."

ini versi terjemahan indonesia nya:
"dan mereka yang beriman kepada Kitab [Al Qur’an] yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya [kehidupan] akhirat."
"
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung"

Okelah, kita semua ngerti yang namanya nerjemahin bahasa itu sulitnya minta ampun. Karena akan selalu ada expressions yang ga bisa diterjemahin, sama kayak kalo kita nerjemahin bahasa inggris ke indo, or vice versa, pasti kita akan ketemu beberapa kasus dimana kita mentok dan mau ga mau sebuah ungkapan diterjemahkan secara kurang maksimal.Apalagi mencoba menginterpretasikan sebuah bahasa Arab kuno (yg kita sudah sama-sama sepakat tahu bahwa ini berbeda dengan bahasa arab sekarang)

Al-Baqara ayat 4 & 5

Anyway, point bahasan saya bukan itu.
Salah satu dari beberapa alasan kenapa saya senang dengan 'agama' Islam dan Al-Qur'an adalah karena justru ini satu 'agama' (atau kitab -  if referring to Koran) yang malah mengakui keberadaan beliefs lain.
Bukan cuma hanya disebutkan dan diberi contoh berkali-kali di dalam Al-Quran, bahkan supaya lebih ditaruh di ayat-ayat awal Al-Baqarah (surat pertama setelah Al-Fatihah)! (liat ayat-ayat diatas)

Ayat-ayat diatas, baik versi terjemahan english maupun bahasa nya, jelas menjelaskan bahwa bagi orang-orang yang percaya sama Tuhan, baik seperti yang disampaikan kepada Muhammad (dg Qurannya) maupun kitab-kitab yang ada sebelumnya, adalah orang-orang yang selamat !!

Al-Baqara ayat 6

Mari kita lihat ayat selanjutnya yang menyusul 2 ayat tersebut, (yaitu ayat 6):
Saya akan mulai dengan versi bahasa Indonesia:
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman."

in English translation:
"
As for the Disbelievers, Whether thou warn them or thou warn them not it is all one for them; they believe not."

Di sini jelas, mengingat ini adalah ayat yang melanjutkan 2 ayat sebelumnya tadi, bahwa orang kafir (atau The Disbelievers) adalah definisi yang berbeda lagi.

Jadi sangatlah lucu, bila melihat masih banyaknya santri-santri, imam-imam, khotib-khotib, bahkan mgkn beberapa ulama bodoh, yang masih meyakini bahwa pemeluk agama lain (atau org yg percaya kitab lain) adalah orang kafir atau disbelievers!!

Lucu dan tolol! Karena bagi saya yang gak pernah khatam-khatam baca Al-Qur'an dari dulu pun (dikarenakan terlalu banyak alasan2 saya), saya aja udah menemukan banyaaaaaaakkk sekali penjelasan akan perbedaan 'ahli kitab' dan 'orang kafir' tersebar di seluruh isi Al-Qur'an. Jadi santri-santri yang jelas-jelas pada belajar agama itu belajar apa sih sebenernya?

Lebih baik bisa baca atau bisa ngerti?

Disinilah masalah kita (umat Islam). Karena seringkali umat kita didorong untuk membaca al-Qur'an dalam bahasa Arab, ketimbang memahami intisari nya.
Saya tumbuh besar di sekolah dasar Islam, dimana saya selalu ketakutan kalo pelajaran mengaji, karena saya selalu terbata-bata dalam membaca tulisan-tulisan arab (yg jelas2 bukan bahasa saya, dan sangat sulit dimengerti seorang anak kecil berumur 10 tahun), dan saya akan selalu dipukul tangannya pake penggaris plastik kecil oleh guru 'agama'.

Akhirnya di Indonesia ini (karena saya tidak tahu di negara lain seperti apa), banyak orang yang bilang "saya sudah khatam Al-Quran"... Tapi bisa jadi sebenernya yang dimaksud adalah "saya sudah selesai membaca tulisan arab di buku yg bernama Al-Quran itu, tanpa mengerti apa yang dimaksudkan"

Mendingan mana sih? ngoceh dalam bahasa asing tapi ga tau artinya apa, atau menunda belajar bahasa asingnya dulu, untuk lebih dahulu mengetahui intisari nya dulu???

Kenapa umat Islam pemula (seperti saya dan kebanyakan dari kita) dan anak2 kecil tidak di-encourage untuk memahami intisari Al-Quran terlebih dahulu ketimbang disuruh belajar membaca Quran tapi gak ngerti ngoceh apaan.

Saya pun mengakui dulu-dulu saya ga pernah ngerti, setiap kali sholat, arti dari setiap bacaaan yang saya kumandangkan. Baru belakangan ini aja saya niat bener-bener mempelajari dan menghafalkan artinya, supaya kalo saya sholat bacaan yg saya baca adalah bener2 doa yg ingin saya sampaikan ke Tuhan.. Sholat yang (insya Allah sih) lebih khusyuk.

Paris St.Germain

Nih saya berikan contoh lebih gampangnya. Anggap anda membaca tulisan bahasa Francais tanpa tahu apa artinya. SIlakan coba baca tulisan dibawah ini:
"Le PSG et le Zénith Saint-Pétersbourg sont tombés d’accord sur le prêt avec option d’achat de Mateja Kezman. Le joueur s’est envolé pour la Russie et cet accord reste lié au bon déroulement de la visite médicale que doit passer le joueur sur place."

Emangnya ngerti itu apaan artinya? Itu saya ambil dari site nya Paris St.Germain (klub sepakbola Paris), lagi ngebahas tentang transfer option Mateja Kezman.
Kebayang ga, ratusan ribu atau mungkin jangan-jangan jutaan umat Islam Indonesia membaca Al-Quran ibarat membaca berita PSG tadi tanpa tau artinya???

Wajarkah kalau masih banyak khotib-khotib yang provokatif? pemuka-pemuka agama yang menebarkan benci terhadap pemeluk agama lain??
Lucu kan, mengingat seperti yang saya bilang tadi, bahwa salah satu alasan saya senang dengan Al-Quran adalah justru karena ini kitab yang mengakui dan meng-approve faham-faham lainnya ! Bahkan ceritera-ceritera background di belakang turunnya kitab-kitab yang sebelumnya pernah turun itu diceriterakan kembali disini!
Perlu kita pertanyakan lagi apakah orang-orang yang demikian (yang masih menganggap pemeluk agama lain adalah sama dengan kafir) adalah orang-orang yang benar-benar MEMBACA DAN MERESAPI AL-QURAN !!

Mungkin perlu kita lemparkan lagi ke seluruh umat islam di Indonesia:
Sebagai umat Islam "pemula", lebih baik anda mencoba mengerti/meresapi intisari/makna dari si kitab bernama Al-Quran ini, ataukah lebih baik anda mulai dengan sebatas bisa membaca nya tanpa benar-benar faham isi nya?

Jawabannya ada di hati anda, saya, dan kita semua.

Selamat menikmati bulan Ramadhannya yah.

RP

Tuesday, August 04, 2009

Jangan-jangan...

Apa yang akan lo lakukan kalo elo sudah mencoba menjadi orang normal, mencoba menjadi orang baik...

1.dengan tidak berharap yang engga-engga dan yang duniawi-duniawi.
saat itu gue cuma berharap raygava et al menjadi musik yang bisa cukup diterima masyarakat, dengan harapan bisa memberi jenis musik yang baru, jujur, dan beda. Harapan gue cuma satu, gue ingin pesan-pesan yang ingin gue sampaikan pada lagu-lagu nya bisa sampai dan dimengerti pendengar. Sangat jauh berbeda dengan kebanyakan motif musisi lain yang sebatas ingin super terkenal, digilai wanita, atau kaya raya. Tidak, sama sekali tidak berharap demikian.

2. Dengan menyatakan diri telah berhenti bermain-main dalam hubungan cinta, dan menginginkan kembali ke 'jalan yang benar'
udah jelas mencari orang yang baik-baik. Setiap hari selalu berusaha menjadi lebih baik. Menyesali kenapa dulu menjadi laki-laki brengsek yang ujungnya malah menyengsarakan hidup gue.. Kadang malah merasa diri gue cukup beruntung karena diberi tragedi, sehingga gue bisa belajar dari luka yg dalam dan penyesalan2. Daripada beberapa orang yang gak pernah belajar, malah entar tau-tau di umur 40 malah jadi suami yang brengsek. Kadang gue merasa dalam hubungan percintaan gue jauh lebih dewasa dan lebih bijaksana dari kebanyakan orang.. mostly karena hal-hal yang pernah gue lalui dan bagaimana gue belajar dari hal-hal tersebut.

Dan lalu lo mulai berdoa, sholat rajin... memohon hal-hal yang baik..
Dan semua dilepeh mentah-mentah..

Gue masih ingat bulan oktober-november 2008.
Album raygava et al harusnya rilis november batal !!.. gara-gara cover ga siap, harddisc aldy waktu itu sempet crash, dan bbrp masalah lain, gue lupa.
Gue inget pd saat itu gue nemuin sosok cewe yang oke banget, soleh, anak baik2, keluarga baik2, pintar... ehhh yang ada malah dia slipped away.
belum juga cukup gue disiksa secara batin, gue juga disiksa secara fisik dengan sakit selama 4 minggu tiada habis, sampe gak bisa beranjak dari rumah... !!!

LALU MAKSUDNYA APA?
Saat itu gue menangis karena gak kuat. Bagaimanapun gue manusia, begitulah waktu itu gue curhat ke Doi. Gue bukan Tuhan seperti diriNya yang kuat, yang hebat, yang maha adil.. Gue cuma manusia cemen. Yah masa' gue disiksa kayak begitu gue masih mau standing strong??
Akhirnya gue yang tadinya cukup rajin sholat, jadi berhenti. gue kecewa, protes, ngambek.
Walau demikian, gue tetap berkomunikasi dengan Boss dan masih menjaga agar tetap rutin solat Jumat. Gue sadar bahwa Dia adalah Tuhan dan bukan hanya dia bisa maha adil dan maha baik, tapi gue juga sadar bahwa dia punya segala hak untuk menjadi maha jahat. bebas dong, wong dia Boss.. Dia bisa ngapain aja kok.

Eniwei bulan demi bulan berlalu. Dan benarlah, Raygava et al hancur berantakan. Respon masyarakat yang hampir tidak ada, padahal review-review bilangnya bagus dan padahal orang yang sudah denger biasanya lgsg suka.
Dalam relationship pun sama aja. Nothing. Gue masih menunggu dan menunggu dan menunggu sampai Tuhan mau memberikan apa yang gue rasa hak gue.
Bertahun-tahun gue sudah bertobat, hidup dibalik penyesalan. Setiap hari selalu berusaha menjadi manusia (laki-laki) yang lebih baik. Gue udah tau bangsat-bangsatnya laki-laki dan gue udah tahu dan merencanakan dengan seksama bagaimana cara supaya gak jadi laki-laki brengsek seperti kebanyakan pria. still, nothing.. hahhaha
Dan gue pun terus berdoa dan berharap kepada Tuhan supaya segera dikembalikan ke jalan yang lurus dan benar. I HAD ENOUGH !!! ENOUGH !!!

Sampai suatu saat dimana tiba-tiba entah darimana entah karena apa, mata gue diperlihatkan sosok-sosok wanita yang super!.. benar-benar kualitas superr.. wanita-waniita langka dan ajaib. Dan entah kenapa tiba-tiba gue merasa pintu-pintu kok seolah-olah terbuka untuk diri gue ? Wawawaawww.. I can't believe this.... Ohhhh mungkinkah pada akhirnya Tuhan menjawab doa-doa saya?

Lalu kemudian dikarenakan sebuah diskusi dengan teman ttg Tuhan. dan juga terinspirasi oleh orang-orang yang rajin sholat, akhirnya gue memutuskan untuk kembali mencoba sholat 5 waktu. Karena selama ini gue berhenti pun gue tau, bahwa one day gue akan kembali.. it's only a matter of time. Dan selama berbulan2 gue gak mau 'memaksa' diri gue untuk solat. Gue cuma ingin mulai nyoba mayan rajin solat lagi hanya apabila gue memang ingin dan memang tergerak sendiri dari dalam.

Oke, maka gue decide untuk kembali mencoba solat 5 waktu...
Dan langsunglah, pintu-pintu tertutup !!!!!... Tuhan menjauhkan diri gue dan mengembalikan kepada penderitaan semula.

so, kalau elo jadi gue.... apakah anda akan membenci Tuhan?
Banyak yang mengira mungkin gue akan jadi ateis atau gue akan membenci Tuhan.
Itu karena mereka cuma melihat dari luar, dan mereka tidak mengalami penderitaan yang gue alami... plus mereka tidak mengerti komunikasi yang selama ini gue miliki dengan Tuhan. Gak mungkin gue gak percaya Dia! Justru gue malah mengakui kesemena-mena-annya sebagai hak-murninya sebagai Tuhan.

Sekarang apa bantahan/argumentasi anda kalau saya bilang begini, jangan-jangan memang Tuhan itu tidak ingin kita manusia untuk sholat rajin-rajin??..
Karena sudah 2x saya mencoba dan sudah 2x saya langsung dilempar dan dicampakkan ke tanah !!...
hayoooo??

Seumur hidup manusia mencoba mencari tahu bagaimana cara Tuhan berkomunikasi dengan kita. Dan gue rasa belum ada tuh manusia yang nemuin gimana caranya.. I wish I know now what He's been trying to say..
Not only for the current events.. but for what I've been through in the past few years.

Tuesday, May 26, 2009

"Titi..Tiara" Lyric

Lyric:
Titi...Tiara
by: Raygava

Kau sadar dirimu punya selera bagus dan semua tahu
Kutahu ayahmu punya rumah bagus di Kebayoran Baru

Dijemput di mobil hitammu
Dengan supirmu yang mengangguk sopan dengan batik warna biru

Semua tahu ibumu adalah selebriti masa lalu
Dan dia tahu bila kamu suka terkapar mabuk di lantai diskou

6 butir obat tidurmu
Tak akan mampu menghentikanmu dari perantauan malammu

Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Pacarku

Di majalah sosialita banyak fotomu bersama teman
Dengan tatanan rambut indah dari salon termahal di Gunawarman

Jalanmu yang teramat pede
Ketika kau masuki mall terkenal di kawasan SCBD

Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Bajumu.. yang termurah
Kau beli di pondok indah
dan kau jarang merendah...

Kemarin kau rayakan ulangtahunmu yang ke-19
Tanpa sadar kau teguk minumanmu 25 gelas

Engkau jarang merasa sepi
Pestapora di apartemenmu di daerah Setiabudi

Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Titi titi titi Tiara
Ha ha ha ha

Friday, May 01, 2009

Manusia Indonesia yang Terlalu Sosial

Seiring dengan pemberitaan tentang budaya konsumerisme di koran Kompas edisi hari ini, saya jadi teringat sudah lama rasanya ingin menulis tentang konsumerisme di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Banyak kutipan-kutipan menarik dalam artikel-artikel di Kompas pagi ini, namun saya akan mencoba membahas konsumerisme dari sudut pandang saya pribadi aja, biar lebih personal. hehehe.

Hidup di Indonesia kok Tekanan Malah Lebih Berat?
Mungkin saya awali dengan bagaimana tiba-tiba saya merasa hidup di Jakarta itu bebannya luar biasa berat. Saya pernah merasakan bekerja kantoran di London di 2005-2006, mencoba menabung padahal harga sewa flat luar biasa mahalnya. Maklum, kantor saya di kodepos EC1. Saya kembali ke Indonesia 2006 atas beberapa alasan. Anyway, bertahun-tahun bekerja di Jakarta yang seharusnya membuat saya lebih tenang, ternyata tidak juga. Bukan saja saya tidak lebih socially secure, saya juga tidak lebih financially secure.

Adalah beragam pressure di kota 'gila' seperti Jakarta yang senantiasa mengganggu kejiwaan manusia-manusia pekerja. Disamping biaya transport yang demikian tinggi, didukung oleh meningkatnya kemacetan dan bertambah buruknya infrasruktur-infrastruktur transportasi, kita digiring untuk menjadi lebih konsumtif. Makan-makan siang atau makan malam yang cukup mewah di Pacific place, belanja gadget terbaru yang memotong gaji secara cukup signifikan, dan puluhan contoh lainnya Semua demi apa? Demi sebuah status sosial?

Saya tidak ingin menyalahkan para produsen dan marketer, karena memang tugas mereka untuk menjual lebih banyak dan menaikkan laba usaha. Namun adalah salah kita sendiri, sebagai society, yang akhirnya menunjukkan kelemahan dari diri kita. Kelemahan besar manusia Indonesia sebagai makhluk yang 'terlalu' sosial !!

Manusia Indonesia sebagai Makhluk yang Sangat Sosial
Itulah mengapa jejaring sosial macam Facebook dan Friendster (dulu) sangat cepat boomingnya di Indonesia. Kebutuhan kita untuk bersosialisasi yang sangat besar inilah penyebabnya. Status sosial menjadi hal yang paling utama dalam prioritas kehidupan sehari-hari. Saya lebih suka menyebutnya dengan social pride. Dalam politik, belakangan ini kita saksikan partai-partai yang merasa perolehannya kurang tiba-tiba berburu-buru mencoba ciptakan koalisi besar demi 'menjaga martabat partai'. Jadi martabat-partai letaknya diatas kepentingan nasional. Hal yang serupa juga dengan pribadi-pribadi Indonesia, dimana social pride-nya kadang diletakkan jauh diatas kebahagiaan keluarga, pendidikan mental anak, atau hal-hal lain yang lebih esensi.

Sesuai janji saya, saya akan membahas ini dari kacamata saya saja, supaya lebih personal dan komentarnya gak ngawur. Tumbuh di Jakarta bersama ratusan teman-teman dan rekan-rekan sejawat kantor selama beberapa tahun ini, membuat saya menyadari banyaknya hal-hal yang tidak penting yang diperjuangkan oleh teman-teman sebaya saya (dalam range 5 tahun ke atas lebih tua dan 5 tahun ke bawah lebih muda).

Contoh, fenomena Blackberry yang sangat-sangat tidak penting dan highly overrated dapat menjadi demikian hebohnya karena social pride tadi. Social pride anda dapatkan dengan harga 3-10 juta. Padahal lucunya banyak pemakainya juga paling gajinya masih 5 jutaan, belum lagi anak-anak kuliahan yang entah apa pula manfaatnya selain cuma buat berinteraksi secara sosial lewat bbm, voice msg, ym, facebook, dan hal-hal seperti itu.

Saya juga melihat bagaimana manusia-manusia Indonesia di usia akhir 20-an nya (25 keatas) mulai mencari-cari ke-settle-an hidup, not necessarily karena mereka mendambakan hal tersebut, namun lagi-lagi demi social pride.
"Saya sudah menikah dooong,.."
"Saya sudah punya bayiii doong.."
"Ihhh kamu umur udah 27/28/29 masih kesana kemari. Kalah ihhh sama akuu.."
"Aku dan suamiku udah lunas dong cicilan mobil nya.."
, seolah-olah mereka semua berusaha mencibir satu sama lain. Pasangan-pasangan muda berlomba-lomba memasukkan foto bayinya ke facebook sebagai bukti akan 'kemenangan'-nya dalam kehidupan. Apakah benar mereka pemenangnya?

Fenomena manusia Indonesia yang kelewat sosial inilah yang pada akhirnya melukai diri kita. Sebagian besar dari diri kita dibawa untuk menjadi sangat concern terhadap apa yang orang lain  lihat di diri kita. Banyak perempuan-perempuan yang malu kalau mendekati 30 dan belum menikah juga, boro-boro masih malu kadang sangat frustrasi sehingga siapapun yang mau akhirnya dinikahin juga lah. Padahal gak pengen-pengen amat juga.

Sebagaimana selama hampir setahun terakhir ratusan teman saya telah mencibir saya,"ihhh BB tuh banyak banget tauu gunanya, sangat bermanfaat !" Well, that i know, my friends, tapi saya masih punya prioritas-prioritas pengeluaran lain dalam hidup ini yang jauh-jauh lebih penting. Somehow kita menjadi malu apabila kita tidak melakukan apa yang diinginkan oleh society.

Itulah kenapa kadang saya cukup takjub melihat desainer-desainer di Project Runway, satu-satunya reality show favorit saya. Kenapa? Kadang saya melihat orang-orang berumur 30-36 tahun, masih dengan ambisinya dan cita-citanya ingin menjadi seorang fashion designer. Woww !!.. that's something. Why? Karena itu sesuatu yang tidak mungkin terjadi di Indonesia, dimana manusia-manusia nya teramat sosial. Disini, semua orang akan bilang gila kalo ada orang umur 36 tahun masih mencoba mengejar 'dreamjob' nya.

Saya yang meninggalkan kerjaan, menghabiskan tabungan (plus hutang) demi supaya punya album (sebuah memorabilia hidup) aja masih dicaci maki oleh society.
"C'mon! Wake Up !!... go get a job !"
"Udah lah Ga, hidup lo udah berantakan begini, udahin aja.."
"Ga, please deh, lo udah umur segini. Sudahlah, stop playing around with your life.."
Orang-orang kantoran Jakarta, yang tentunya merasa sebagai 'manusia normal' selama ini pun sudah cukup menuding dan menuduh-nuduh saya yang engga-engga. Memberi saran-saran dan nasehat-nasehat yang sangat tidak membangun, dan malah menghancurkan mental. Why? Terimakasih kepada manusia-manusia Indonesia yang 'terlalu' sosial.. !!

Sehingga akhirnya rasanya berat bagi orang yang (saya rasa sih) cukup adventurous seperti saya. Bebannya sangat besar untuk hidup di Jakarta. Saya telah di-cap gila karena mengejar sebuah rencana saya, meninggalkan kerjaan, menyisihkan urusan-urusan perempuan, menjauh dari kehidupan yang settle, dan lain-lain. Capek rasanya. Sangat kontras dibandingkan malah dengan komentar teman-teman saya para office workers di Shanghai, NY, Singapore, London dan Seoul. Yang mana justru mereka ngiri karena keberanian dan kenekatan saya yang demikian besar... Sayang di Indonesia hal seperti ini value nya sangat rendah. Lebih rendah dari sebuah blackberry. hahhahaha

Manusia-manusia Indonesia terbelenggu oleh perkataan-perkataan dalam society mereka, sehingga diskon besar-besaran Crocs tiba-tiba menjadi ajang terbesar bulan ini, tidak memiliki Blackberry menjadi suatu bentuk keacuhan sosial, tidak menyukai musik pop-jazz macam Maliq atau Ecoutez menjadi sebuah ketidak-trendy-an, tidak datang ke sale besar MAP di suatu gedung perkantoran menjadi sebuah ketelatan informasi, Belum pernah nyobain Sour Sally atau Heavenly Blush menjadi sebuah dosa, Belum pernah ke Immigrant menjadi sebuah tanda lengsernya seseorang dari dunia ke-eksis-an pergaulan malam Jakarta, ..... dan seterusnya... Ini di level menengah atas.

Di level menengah bawah, Tidak punya motor menjadi fenomena ketidakgaulan yang akut, tidak memasang ringback tone (nada sambung pribadi) hits-nya ST12 yang terbaru menjadi bukti bahwa seseorang tidak peduli terhadap musik, .. dan seterusnya..

Dan seterusnya pula manusia Indonesia akan terus terbelenggu oleh konsumerisme yang tidak penting, apabila manusia Indonesia terus menjadi makhluk yang 'terlalu' sosial. Dimana setiap manusia berlomba-lomba untuk 'keliatan sama kerennya' (atau lebih keren) dibanding temen-temennya... dengan BB atau iPhone terbaru, makan di social house/potatohead .. atau sebatas menikah terburu-buru dan lalu pamer-pamer foto anak.

hehhehhe (tawa sinis)

Tuesday, April 07, 2009

Our lives seen in different angles

taken from:
http://www.facebook.com/home.php#/note.php?note_id=80519426824&id=564050545&index=0

Our Lives Seen in Different Angles
30 March 2009

Apakah yang kita cari dalam hidup?
Banyak sekali kriteria yang beredar di luaran sana, dan saya yakin masing-masing diri kita pun tidak punya jawaban pasti akan pertanyaan ini.

Di Jakarta ada orang-orang yang mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam pekerjaannya dan oleh karena itu ia merasa bahagia. Ada juga yang mendapatkan uang yang tidak seberapa dalam pekerjaannya dan walau demikian ia bahagia. Bertahun-tahun saya mencoba melakukan riset untuk mempelajari "rumus kebahagiaan" tapi tetap saya gagal dalam menemukan formula nya.

Ada seseorang, katakanlah namanya A yang sudah menikah, hidup sederhana, keluarga simple dan bahagia, dan saya iri kepadanya karena entah mengapa dalam sejarah hidup saya, saya selalu dijauhkan dari segala hal yang berbau ‘settle’, dan oleh karena itu kehidupan dia adalah wujud impian saya. Namun A merasa iri kepada B yang  hidup lebih berada, dengan pekerjaan yang memberikan bayaran yang lebih dari cukup untuk keluarganya, dimana banyak hal terasa bisa didapatkan dengan mudah. Walau demikian, B merasa iri kepada C, yang memiliki usaha sendiri ketimbang dirinya yang hanya ‘pekerja’ dan kebetulan C menghasilkan lebih banyak daripada B, yang akhirnya membuat B merasa dirinya kurang cukup. Yang tanpa dikira, ternyata C malah merasa iri kepada diri saya, karena kebebasan yang saya miliki, dan iri kepada keberanian saya memperjuangkan makna hidup. Aneh, padahal kan saya iri terhadap A. Yang dalam rantai makanan, seharusnya saya ini berada di level paling bawah dari gambar piramida-piramida yang selalu ada di buku-buku biologi sekolah dasar itu. Jadi formula nya apa? Tidak akan pernah bisa ditemukan. Karena pada dasarnya manusia akan selalu menginginkan apa yang ia tidak miliki.

Contoh lain, di dunia ini ada orang-orang yang dilahirkan di keluarga yang kurang harmonis. Banyak orang-orang yang mengalami trauma dari usia muda. Banyak juga yang mencari pelarian dan akhirnya berantakan. Mereka-mereka ini kerap merasa sedih dan menyesali, “kenapaaa gue harus dilahirkan di keluarga ini? Kenapa gue ga bisa dilahirkan di keluarga baik-baik seperti orang-orang lain?” Kadang mereka berharap seandainya mereka hidupnya lurus, tapi sayang semua sudah terlanjur (menurut mereka). Memang orang-orang seperti ini paling gampang menyalahkan keadaan. Kesannya kalo sekarang mereka lagi pada ngiprit di lantai disko itu semua salah ibu tirinya yang saat itu lagi nyabu di kamar sama pacarnya yang berumur 26 tahun. Padahal segala perubahan itu bisa saja dilakukan. Tetapi jangan salah, di dunia ini juga ada orang-orang yang berantakan padahal mereka lahir di keluarga baik-baik dan harmonis. Dan mereka-mereka ini lucunya akan senantiasa merindukan sesuatu yg tidak mereka miliki. “Kenapa sihh gue harus punya orangtua kayak gini, udah tukang ngomel, gue pulang pagi dikit aja rese minta ampun... Kenapa sih gue ga bisa punya orangtua yang asik kayak temen-temen gue? Yang ngebolehin gue nyimeng di kamar, ga perlu banyak komentar tinggal ngasih duit aja tiap bulan ke rekening gue, yang sering pergi keluar negeri jadi rumah gue kosong,... kan enak tuh...” Yah, bagaimanapun rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana merubah cara anda memandang hidup anda.

Pengalaman pribadi saya sudah membuktikan hal yang serupa dalam riset saya mengenai "rumus mencari kriteria pasangan", disaat saya dekat atau pacaran dengan seorang wanita yang nagging dan banyak maunya, maka pacar saya yang berikutnya setelah itu most likely adalah orang yang lebih mandiri dan gak nyusahin. Tapi lalu bisa saja ternyata gaya berpakaiannya yang mungkin menurut kamus saya masih kurang stylish. Maka kemungkinan besar wanita selanjutnya adalah seseorang yang sangat fashionable. Yang tetapi bisa saja tiba-tiba saya menemukan bahwa dirinya ternyata sangat matre. Sehingga akhirnya untuk pacar selanjutnya saya menemukan wanita yang lebih sederhana dan bisa diajak susah, tetapi sayang kurang cantik. Lalu akhirnya wanita berikutnya adalah wanita yang sangat cantik, namun sayang sekali posturnya agak pendek. Lalu akhirnya kemudian saya bersama wanita yang tinggi, tapi ternyata agak nagging.. Nah lho? Hahaha. Kok malah kembali lagi ke awal? Akhirnya semua terasa seperti gali lubang tutup lubang. Akhirnya satu-satunya rumus yang saya temukan cuma bahwa pacar saya berikutnya akan menutupi kekurangan yang dimiliki pacar sebelumnya. Kalo begini sih mau sampe kapan?

Pada dasarnya setiap hal akan selalu ada kekurangannya. Dan setiap orang akan selalu merasa iri terhadap orang lainnya. Untuk itulah penting diketahui bagi semua, siapapun, baik yang merasa dirinya sukses maupun gagal dalam kategori apapun, bahwa somewhere out there ada seseorang yang merasa iri dengan kehidupan yang anda jalani. Somewhere out there ada orang-orang yang berharap bisa memiliki istri/pacar seperti yang anda miliki saat ini. Somewhere out there ada orang-orang yang berharap bisa melakukan apa yang anda kerjakan saat ini. Dan selamanya juga kita harus sadar bahwa somewhere out there ada seseorang yang menjalani kehidupan yang benar-benar anda inginkan. It’s all natural.

Karena inilah dunia. Tidak ada formula logis seperti matematika dimana A akan selalu > daripada B. Atau E akan selalu = M*c^2. Karena di dunia ini, semua tergantung darimana anda memandang. Tergantung value apa yang sedang anda pegang saat ini.

Berbulan-bulan lamanya saya mencoba berdamai dengan diri saya sendiri. Berbulan-bulan saya menghadapi ego saya yang hancur perlahan-lahan. Dari seorang pekerja eksekutif yang lumayan berada dan agak sombong, hingga menjadi seorang yang sedemikian sederhananya dengan rekening bank yang kering. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang saya rindukan, seperti nonton konser, nonton bioskop, sampai minum-minum wine bersama kawan-kawan. Banyak sekali tempat-tempat yang tidak pernah saya datangi lagi, seperti cork & screw, kiyadon, sampai df. Dan semakin hari semakin banyak jumlah kehidupan orang lain yang saya iri. Apa saya harus menyalahkan semua kepada raygava et al.? Itu berarti saya sama dengan kebanyakan anak-anak broken home yang cuma bisa nyalahin keluarga. Gak biisa gitu dong.

Pada akhirnya, saya sadar bahwa saya harus menemukan kebahagiaan dari hal-hal yang sangat sederhana. Sesederhana nonton DVD di sore hari sendirian ditemani coffeemix dengan es batu. Karena saya pada akhirnya akan terus mengingatkan kepada diri saya bahwa hal inilah yang dulu selalu saya impikan disaat saya terpaku di depan layar komputer di siang hari dengan deadline yang numpuk. Hal yang akhirnya membuat saya berhasil berdamai dengan diri saya sendiri, and so should all of us, in our different conditions and situations. We’ll continue to envy others, that’s alright. But we shall also continuously shift our angles on the world around us. ;)

Kebahagiaan memang tidak ada rumusnya, karena kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Bahkan versi kebahagiaan menurut saya pun berubah-ubah. Jangan lupa bahwa 5 tahun yang lalu saya sangat ambisius dan punya keinginan untuk hidup di luar negeri bekerja sampai 5-10 tahun, sampai tabungan lumayan banyak, lalu baru kembali ke Indonesia. 2 tahun kemudian saya pulang ke Indonesia dengan versi kebahagiaan yang totally differrent. Hahahha.. Manusia kadang emang bego dan lucu.

Satu yang saya pelajari, hidup tidak akan pernah bisa direncanakan. Yang kita manusia bisa lakukan hanya beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi (bila memang baru saja terjadi perubahan dalam hidup anda), dan juga, beradaptasi kepada kekurangan-kekurangan, baik kekurangan dalam perjalanan karir anda, kekurangan istri/pacar anda, kekurangan finansial anda. Setiap anda merasa berkekurangan atau memiliki ketidakpuasan, berarti ada kesempatan baik untuk mengganti lagi sudut pandang anda. So,.... Let's change, shall we?