So, mari kita beri polling. (kacang poling). Jujur, apakah pasangan (atau pria/wanita yg paling dekat dg anda) menurut diri anda adalah drug bagi anda.. ataukah medicine?
Ya, dia memang Drug!!.. very very very addictive, tapi gue merasa sifat2nya ga bagus buat tar jangka panjang deh..
2
Hmm.. Mgkn lebih ke Medicine kali yah? gue jg ga demen bgt tapi kyknya bagus aja buat long termnya..
4
Ya, dia memang Drug!!.. very very very addictive, tapi gue merasa sifat2nya ga bagus buat tar jangka panjang deh..
2
Hmm.. Mgkn lebih ke Medicine kali yah? gue jg ga demen bgt tapi kyknya bagus aja buat long termnya..
4
Kata 'drug' memiliki konotasi yang lebih buruk dibandingkan dengan 'medicine'. 'Drug' kerap diterima sebagai sesuai yg adiktif yg padahal kita tahu tidak memiliki manfaat bahkan memberikan kerugian.
Sementara 'Medicine' kerap diterima sebagai hal yg menyembuhkan.
Apabila kita merasakan diri kita begitu terikat, begitu terpaku, begitu terhipnotis oleh seseorang, dan lalu kita sebut seseorang tersebut 'drug'; maka seseorang itu sebenarnya di bawah sadar kita sebenarnya telah kita terima sebagai hal yg buruk dan memberi pengaruh negatif kepada diri kita.
Inilah yang kerap manusia, kita, tidak sadarkan diri. Merasakan kebutuhan yang tinggi bahkan kadang absolut akan kehadiran/ cinta/ kasih/ sayang/ perhatian seseorang itu memang normal. Namun kadang bila diperhatikan, ada masa2 dimana kita akan bilang (mgkn ke diri kita sendiri): "She/he's a drug!!.. and I can't stop!!".... atau "Gila nih cewe/cowo, bikin gue sakau"....
Nah, maka tanpa sadari sebenarnya kita sudah menaruh diri orang tersebut ke kelompok yg negatif. Maka dalam logikanya seharusnya manusia bisa lalu berusaha keras untuk berhenti dan tidak lagi 'mengharapkan' hal2 yg positif dari sebuah 'drug'. Kita semua tahu bahwa berhenti dari drug itu memang sulit, namun drug (literally) lebih secara sadar kita terima sebagai hal yg buruk dan tak bermanfaat, sehingga terbentuk self concious yg lebih besar utk berhenti.
Masalahnya bahwa hal ini tidak berlaku bagi hubungan sosial/cinta manusia, dimana manusia sbagai makhluk pemaaf lebih kerap memberikan maaf dan mengharapkan perubahan dan hal2 yg positif untuk terjadi. Padahal titik dimana kita menyebut seseorang sbg 'drug' harusnya sudah diakui sebagai titik dimana kita tau orang itu tdk memiliki manfaat dan malah merugikan, yg seharusnya membuat diri kita manusia lebih gampang untuk lalu menyadari kerugian2 yg telah dan akan terjadi dan lalu pergi.
Demikian kiranya renungan singkat dari saya...
Sehingga mungkin bisa direnungkan..
siapakah Drug dan siapakah Medicine di hidup anda???..
Apakah pacar anda membuat diri anda merasa dia seperti 'drug'? berarti itu tidaklah sehat. Dan sudah selayaknya anda pergi.
Apakah gebetan anda/ selingkuhan anda/ mantan pacar anda membuat anda merasa dia seperti 'drug'?.. maka sebaiknya pula kita berhenti dan move on...
-------------------------------------------------------------------
Medicine bisa jadi rasanya tidak enak dan memiliki efek samping yg sering mengganggu, namun ia menyembuhkan secara long term.
Drug bisa jadi rasanya nikmat dan membuat kita senang, namun menghancurkan secara long term.
-----------------------------------------------------------------------------
Sementara 'Medicine' kerap diterima sebagai hal yg menyembuhkan.
Apabila kita merasakan diri kita begitu terikat, begitu terpaku, begitu terhipnotis oleh seseorang, dan lalu kita sebut seseorang tersebut 'drug'; maka seseorang itu sebenarnya di bawah sadar kita sebenarnya telah kita terima sebagai hal yg buruk dan memberi pengaruh negatif kepada diri kita.
Inilah yang kerap manusia, kita, tidak sadarkan diri. Merasakan kebutuhan yang tinggi bahkan kadang absolut akan kehadiran/ cinta/ kasih/ sayang/ perhatian seseorang itu memang normal. Namun kadang bila diperhatikan, ada masa2 dimana kita akan bilang (mgkn ke diri kita sendiri): "She/he's a drug!!.. and I can't stop!!".... atau "Gila nih cewe/cowo, bikin gue sakau"....
Nah, maka tanpa sadari sebenarnya kita sudah menaruh diri orang tersebut ke kelompok yg negatif. Maka dalam logikanya seharusnya manusia bisa lalu berusaha keras untuk berhenti dan tidak lagi 'mengharapkan' hal2 yg positif dari sebuah 'drug'. Kita semua tahu bahwa berhenti dari drug itu memang sulit, namun drug (literally) lebih secara sadar kita terima sebagai hal yg buruk dan tak bermanfaat, sehingga terbentuk self concious yg lebih besar utk berhenti.
Masalahnya bahwa hal ini tidak berlaku bagi hubungan sosial/cinta manusia, dimana manusia sbagai makhluk pemaaf lebih kerap memberikan maaf dan mengharapkan perubahan dan hal2 yg positif untuk terjadi. Padahal titik dimana kita menyebut seseorang sbg 'drug' harusnya sudah diakui sebagai titik dimana kita tau orang itu tdk memiliki manfaat dan malah merugikan, yg seharusnya membuat diri kita manusia lebih gampang untuk lalu menyadari kerugian2 yg telah dan akan terjadi dan lalu pergi.
Demikian kiranya renungan singkat dari saya...
Sehingga mungkin bisa direnungkan..
siapakah Drug dan siapakah Medicine di hidup anda???..
Apakah pacar anda membuat diri anda merasa dia seperti 'drug'? berarti itu tidaklah sehat. Dan sudah selayaknya anda pergi.
Apakah gebetan anda/ selingkuhan anda/ mantan pacar anda membuat anda merasa dia seperti 'drug'?.. maka sebaiknya pula kita berhenti dan move on...
-------------------------------------------------------------------
Medicine bisa jadi rasanya tidak enak dan memiliki efek samping yg sering mengganggu, namun ia menyembuhkan secara long term.
Drug bisa jadi rasanya nikmat dan membuat kita senang, namun menghancurkan secara long term.
-----------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment