Pages

Monday, January 31, 2011

Dark Salary

"My Salary may be blind, but it can see in the dark..."

DARK SALARY
Starring: Lorenzo Malas


Gaji buta? Ahh itu sudah biasa.
Selain kita, saya yakin ada jutaan umat manusia yang mengalami 'fenomena' gaji buta. Gaji buta sah sah saja. Misalkan anda bekerja untuk perusahaan konsultan, lalu di dalam jeda diantara proyek tentunya anda akan mengalami fenomena gaji buta ini. Tapi menurut saya tetap ada perbedaan pokok antara gaji buta yang baik dan gaji buta yang tidak baik. 

Gaji buta bisa diklasifikasikan menjadi gaji buta temporer dan gaji buta permanen (atau disebut gaji buta menahun). GBT atau Gaji Buta Temporer adalah seperti gaji buta yang saya jelaskan sebelumnya, yaitu yang bersifat sementara. Sementara itu, GBM atau Gaji Buta Menahun, adalah tipe gaji buta yang bersifat lebih permanen atau terjadi terus-menerus dalam kurun waktu yang lama sehingga menjadi penyakit dalam perusahaan.

Gaji Buta itu Seperti Kentut
Selain GBT dan GBM sebenarnya ada lagi yaitu GBJ yaitu Gaji Buta Jujur: Orang-orang yang merasa gak enak bahwa dirinya sedang dalam fenomena gaji buta dan mengaku dengan jujur bahwa ia menerima gaji buta. Inilah tipe gaji-butawan yang lebih arif. Seperti halnya kentut, apabila seseorang sedang dalam fenomena gaji buta maka akan lebih bijaksana dan menguntungkan khalayak umum apabila orang tersebut mengaku saja. Tukang kentut yang tidak mengaku, on the other hand, memberikan segenap masalah kepada lingkungan sekitar.

Permasalahan lalu timbul disaat sebuah negara atau kawasan atau daerah memiliki GBM yang jauh lebih tinggi daripada GBT. Kebanyakan GBM, tentu saja kita semua faham, terjadi di lingkungan instansi pemerintahan, terlebih di pemerintahan-pemerintahan daerah, di hampir semua lini dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Yang lebih parahnya, kebanyakan gaji-butawan dan gaji-butawati yang bekerja di pemerintahan atau pegawai negeri sipil ini bukan hanya GBM tetapi secara bersamaan juga GBD (alias Gaji Buta Denial, yang tak lain adalah kebalikan daripada GBJ), yang tidak merasa sedikit pun bersalah bahwa mereka mendapatkan upah (belum termasuk tambahan dari proyek) untuk pekerjaan yang bisa dibilang hampir tidak ada. Atau istilah lainnya, tukang kentut yang tidak mau ngaku.

GBM dari Pegawai Negeri Sipil
Laporan dari Bappenas yang sudah agak lama menunjukkan bahwa pada tahun 2008 saja tercatat ada 825 ribu PNS pusat dan 3,2 juta PNS daerah. Dari sini bisa kita lihat bahwa pegawai pemerintahan daerah mencapai 80% dari seluruh PNS di negara ini. Luar biasa bukan? Sementara, bagi kawan-kawan yang pernah menyambangi kantor-kantor Pemda di daerah, tentu sudah tidak asing lagi dengan pemandangannya.


Pemandangan yang normal dari sebuah kantor instansi Pemda:
  • Meja kayu berwarna coklat tua era 70-80an yang kosong (biasanya kalo di daerah kotamadya meja nya sudah warna coklat muda era tahun 90an-2000an)
  • Meja ini akan memiliki beberapa laci di bawahnya. Dimana kalau misal anda menanyakan sebuah data atau informasi atau kepengurusan administratif apapun maka sosok GajiButawan/wati yang melayani anda akan berpura-pura membuka laci meja, dan anda dapat mengintip bahwa laci nya hampir kosong. Kecuali terkadang mungkin bisa terlihat ada kue-kue basah yang disimpan, atau sachet kopi ABC susu, atau terkadang tabloid gosip, tergantung kepada lokasi kantor pemda ini dan preferensi pribadi dari GajiButawan/wati tersebut
  • Biasanya di kantor tersebut akan ditemukan perbandingan meja dengan orang sebanyak 5:2. Dengan kata lain, bila ada 5 meja GajiButawan/wati Pemda, maka biasanya anda akan menemukan 2 orang di ruangan tersebut. Bukan berarti karyawan di ruangan tersebut ada 2, melainkan ada 6. Tapi yang 4 ya entah kemana. Ada yang pura-pura survei, ada yang ikut rapat Bupati, hingga ada yang nongkrong di warung kopi dekat rumahnya.
  • Ruangan biasanya adalah Smoking-Free room, alias Ruangan Bebas Boleh Merokok dimana saja. Asbak akan anda temukan dimana saja dan Djarum Super akan senantiasa mengepul. Tidak ada yang mengalahkan nikmatnya Kopi hangat, Rokok, dan Pos Kota (atau Rakyat Merdeka, atau koran-koran lain tergantung lokasi dari kantor ini)
  • Satu hal yang pasti, bila ingin bertemu dengan orang-orang di kantor pemerintahan daerah seperti ini, maka datanglah dibawah jam 11. Hal ini karena kebanyakan dari karyawan seperti ini datang jam 7, lalu jam 11 atau 12 sudah keluar kantor untuk makan siang, dan lalu di jam 2 atau 3 sudah menuju arah pulang ke rumah.
Bertolak belakang dengan meja-meja bawahannya yang cenderung kosong, meja-meja pejabat daerah lebih berisi. Biasanya masih ada banyak berkas-berkas di atas meja nya. Yang pasti secara fasilitas juga lebih bagus. Sofa-sofa lebih nyaman untuk duduk dan menerima para 'donatur', bahkan di beberapa kantor kepala pemerintahan daerah seringkali ditemukan LCD TV dengan channel-channel mancanegara dari pancaran TV satelit. Memang kita tidak boleh menyamakan preferensi manusia yang berbeda-beda. Sebuah kue basah atau Tabloid Nova bagi si bawahan adalah sama fungsi menghiburnya dengan tayangan ESPN yang saya pernah tonton di dalam ruang seorang kepala pemerintahan daerah di sebuah kabupaten di pulau Sulawesi.

Menarik apabila kita bisa menemukan korelasi antara jumlah dengan prestasi atau daya kerja. Dengan kata lain, apakah dengan jumlah 80% (dari 100%), maka karyawan daerah memiliki prestasi atau daya kerja sebesar 4x lipat dari daya kerja karyawan pusat? Disinilah ketidak efektifan sering terlihat. Bukannya mencoba membela PNS pusat, tetapi saya beberapa kali melihat bagaimana PNS pusat bisa lebih pontang-panting dibandingkan dengan PNS daerah. secara daya kerja juga kadang bisa kita temukan 1 orang PNS pusat mampu mengkoordinir sebuah acara di daerah yang dimana acara tersebut dibantu oleh 5 orang PNS daerah yang ujungnya ternyata bukannya membantu malah membuat acara tersebut semakin kacau.

Jumlah PNS dari tahun 2004 hingga 2008 meningkat sekitar 30% (Laporan dari Bappenas yang sama). Woww.. luar biasa! Terimakasih kepada pemekaran daerah di seluruh nusantara, dimana setiap manusia tiba-tiba ingin menjadi raja di 'rimba kecil'nya masing-masing.

GBT yang Baik
Berbeda dengan para GBM yang sangat bersalah kepada sistem, negara, dan segenap rakyat Indonesia, di kota-kota besar banyak ditemukan GBT atau Gaji Buta Temporer. Maka dari itu ketimbang membahas para GBM yang sangat tidak jelas dan tidak bisa diselamatkan, maka saya akan membahas GBT saja.

Para GBM memanfaatkan kegajibutaannya dengan aktivitas-aktivitas yang kurang produktif, seperti membaca tabloid atau makan kue basah. Sebagai insan yang memiliki kecerdasan dan tingkat intelektuil yang lebih tinggi, maka ada beberapa cara untuk membuat GBT anda bermanfaat. Berikut dibawah ini adalah beberapa saran atau ide untuk para GBT:
  • Menjahit/menyulam. Ini dapat menguntungkan karena anda juga harus berpacu dalam waktu untuk menyelesaikan karya sulaman anda sebelum proyek/kerjaan baru datang menghinggapi meja anda.
  • Nongkrong di mall. Sebenarnya ini bahasa yang salah! akan saya ubah istilahnya menjadi: Networking! Yak ini terasa lebih tepat! Dengan 'networking' bersama sahabat-sahabat anda maka anda akan mendapatkan benefit update akan kehidupan pribadi masing-masing kawan anda, dan juga menekan tingkat stres yang muncul karena 'perasaan gak enak' bahwa anda sedang dalam fase gaji buta.
  • Main bowling. Ini pengalaman pribadi. Selain menghibur dan mendukung kebugaran tubuh, bowling di siang hari biasanya mendapatkan diskon khusus! Jadi disini ada triple-benefit!
  • Melakukan pekerjaan untuk perusahaan/kerjaan anda yang lain. ini juga pengalaman pribadi. Disini anda mengalihkan kegajibutaan anda disatu sisi menjadi sebuah keproduktifan disisi yang lain. Very very good idea!
  • Browsing akan hal-hal yang edukatif. Seperti website-website fashion terbaru, atau informasi-informasi teknologi (seperti gadget) yang mutakhir.
  • Melakukan riset. seperti mengerjakan riset akan tipe televisi mana yang paling "value-for-money" untuk ruang keluarga anda, atau riset akan mobil baru apa yang paling oke untuk anda taruh di dalam garasi anda.
  • Atau, mengisi blog anda! Seperti yang saya lakukan sekarang (hahhahah, ketahuan banget gak sih lagi gak ada kerjaan niat abis nulis sebanyak ini :D )
Masih banyak aktivitas-aktivitas lain yang bisa dimanfaatkan para GajiButawan/wati Temporer sehingga kegajibutaannya tidak terbuang dengan percuma. Maka dari itu saya merasa bahwa tidak tepat apabila para GajiButawan Temporer yang mampu memanfaatkan waktunya dengan produktif masih diberi predikat gaji buta! Mungkin lebih tepat disebut gaji gelap, atau Dark Salary!! Karena di dalam masa-masa kegelapan, ternyata orang-orang ini mampu untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat baik untuk pribadi, keluarga, pacar, maupun perusahaan lain. Our salary may be blind, but it can see in the dark!...



Mereka adalah pejuang-pejuang dalam kegelapan seperti Bruce Abbott dalam Dark Justice... Hmmm Walau lebih yahud Lorenzo Lamas dalam Renegade sih.

Teruslah berkarya!

No comments: