Pages

Saturday, April 23, 2005

Where We Came From...

funny how a conversation with a stranger can change your views.
yolanda, someone i didnt even know, even far away in LA, have made me feel very lucky living my current life. Sometimes we forget how lucky we are. Sometimes we forget to look down.
Waktu gue tiba di London, gue melihat betapa banyaknya orang borju dan orang-orang kaya yg gue gak habis pikir. Gue pikir gue datang kesini sbg anak muda yg paling pelit, yg paling irit. Yes, i know keluarga gue mampu. Tapi gue gak pernah jadi anak borju, karena gue udah bertahun-tahun hidup sebagai anak kost yg sederhana di Bandung. Bahkan kadang di mata gue, temen-temen gue yg selalu di Jakarta sungguh terlihat sangat borju dengan ke-manja-an mereka, ketidak mampuan mereka untuk organise hidup sendiri, dan ketidak mampuan mereka untuk hidup sederhana. Tapi gue lupa, masih banyak orang-orang yg tidak seberuntung gue.
Gue kuliah s2, di negeri orang, dengan biaya orangtua, bisa hidup tanpa harus kerja part-time. How lucky can it get? Mungkin gue sebal, keki, dan kecewa dengan London: dengan harga-harganya yg mahal2, dengan policy2 yg begitu tidak supportive buat seseorang mendapatkan kerja disini, smentara pemandangan orang2 kaya yg hidup borju masih byk terlihat (bukan hanya org indo lho). Hey.. tapi saya ini mgkn juga anak borju. Hanya saja saya anak borju yg selalu berusaha tidak borju. But that's to me. Not to others. To others, I'm just plain ol' borju! Tergantung anda melihatnya dari arah mana.
My friends, they have to deal with tougher lives and struggles. Mereka ke luar negeri karena pendapatan di Indonesia sangat menyulitkan untuk survive. Gue inget pertama kali disadarkan oleh teman gue bung Paulus dan Kollin. Benar juga, gue kerja di Jkt, gue gak perlu bayar kost dan makan malam. Jadi gaji gue masih cukup untuk gue berhura-hura bersama temen2 di malam minggu, jalan2 sama cewe2, bahkan bisa nabung untuk rekaman 'Nafas Terakhir' gue (karena orangtua gue tinggal di jkarta, jadi hidup bisa terus numpang). Tapi buat yang gak bisa begitu, hidup di Jakarta sungguhlah berat.
Hari ini gue bersyukur, sekaligus merasa cukup bersalah, karena gue sangat beruntung. Gue anak orang kaya. Gue tau masih banyak skali yg jauh lebih kaya dari orangtua gue, cuman gue akan tetep ngomong ini, gue anak orang kaya!.. Masih banyak temen2 yg harus meninggalkan negeri tercinta nya, untuk sekedar menjadi pelayan, chef, bahkan porter, sebatas bisa kirim uang untuk menghidupi dan membanggakan keluarga mereka di Indonesia. and to be honest, I'm very very proud of you guys. I wish I could be like you, I wish I could struggle like u guys, I wish I am as tough as you.
Tapi tidak. Gue akui gue orang yang lemah. Hidup sudah terlalu baik buat gue sehingga gue lemah. Yolanda, orang yg gue pun gak kenal (dia sebatas me-reply email 'nasionalisme' gue yg rupanya disebar2 sama temen2 gue ke entah berapa milis2), terus meyakinkan gue betapa gue adalah anak borju, karena gue lebih beruntung bisa sekolah s2 dengan biaya orangtua. Dan lihatlah dia sekarang 6 taun berjuang di US, dari jadi pelayan sampai bekerja di bofa (Bank of America). Lihatlah teman2 saya Mas Wahyu dan temen2nya, yg akhirnya dengan bertahun2 bekerja di UK mereka bisa masak Ikan Balado yang nikmat bahkan bisa beli gitar.
Dulu gue suka menyalahkan orang-orang yg 'pergi'... karena gue menganggap mereka pengecut yang tidak cinta negaranya sendiri yang udah membesarkan mereka. Tapi bisa jadi gue salah,.. mereka 'pergi' bukan karena pilihan mereka. Dan bisa jadi sebenarnya mereka begitu cinta nya kepada Indonesia but they just have to do something abt their lives, just so they can return and enjoy the same happiness, one I've enjoyed all my life (if not, happier)... who are u to judge?
Jadi tulisan ini hanya sekedar mengingatkan, betapa beruntungnya anda. Masih banyak orang-orang yang bahkan untuk pergi 'mengadu nasib' di luar negeri saja gak bisa. Masih banyak orang-orang yang bahkan sama sekali gak punya pilihan. So, take a look around you, all the stuffs in your room, your clothes, your health, the food you ate just now, .... itu dari keringat orangtua kita.
we are blessed, my friends..
Just remember don't forget where u are.. and where you came from
 


No comments: