Pages

Tuesday, April 07, 2009

Our lives seen in different angles

taken from:
http://www.facebook.com/home.php#/note.php?note_id=80519426824&id=564050545&index=0

Our Lives Seen in Different Angles
30 March 2009

Apakah yang kita cari dalam hidup?
Banyak sekali kriteria yang beredar di luaran sana, dan saya yakin masing-masing diri kita pun tidak punya jawaban pasti akan pertanyaan ini.

Di Jakarta ada orang-orang yang mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam pekerjaannya dan oleh karena itu ia merasa bahagia. Ada juga yang mendapatkan uang yang tidak seberapa dalam pekerjaannya dan walau demikian ia bahagia. Bertahun-tahun saya mencoba melakukan riset untuk mempelajari "rumus kebahagiaan" tapi tetap saya gagal dalam menemukan formula nya.

Ada seseorang, katakanlah namanya A yang sudah menikah, hidup sederhana, keluarga simple dan bahagia, dan saya iri kepadanya karena entah mengapa dalam sejarah hidup saya, saya selalu dijauhkan dari segala hal yang berbau ‘settle’, dan oleh karena itu kehidupan dia adalah wujud impian saya. Namun A merasa iri kepada B yang  hidup lebih berada, dengan pekerjaan yang memberikan bayaran yang lebih dari cukup untuk keluarganya, dimana banyak hal terasa bisa didapatkan dengan mudah. Walau demikian, B merasa iri kepada C, yang memiliki usaha sendiri ketimbang dirinya yang hanya ‘pekerja’ dan kebetulan C menghasilkan lebih banyak daripada B, yang akhirnya membuat B merasa dirinya kurang cukup. Yang tanpa dikira, ternyata C malah merasa iri kepada diri saya, karena kebebasan yang saya miliki, dan iri kepada keberanian saya memperjuangkan makna hidup. Aneh, padahal kan saya iri terhadap A. Yang dalam rantai makanan, seharusnya saya ini berada di level paling bawah dari gambar piramida-piramida yang selalu ada di buku-buku biologi sekolah dasar itu. Jadi formula nya apa? Tidak akan pernah bisa ditemukan. Karena pada dasarnya manusia akan selalu menginginkan apa yang ia tidak miliki.

Contoh lain, di dunia ini ada orang-orang yang dilahirkan di keluarga yang kurang harmonis. Banyak orang-orang yang mengalami trauma dari usia muda. Banyak juga yang mencari pelarian dan akhirnya berantakan. Mereka-mereka ini kerap merasa sedih dan menyesali, “kenapaaa gue harus dilahirkan di keluarga ini? Kenapa gue ga bisa dilahirkan di keluarga baik-baik seperti orang-orang lain?” Kadang mereka berharap seandainya mereka hidupnya lurus, tapi sayang semua sudah terlanjur (menurut mereka). Memang orang-orang seperti ini paling gampang menyalahkan keadaan. Kesannya kalo sekarang mereka lagi pada ngiprit di lantai disko itu semua salah ibu tirinya yang saat itu lagi nyabu di kamar sama pacarnya yang berumur 26 tahun. Padahal segala perubahan itu bisa saja dilakukan. Tetapi jangan salah, di dunia ini juga ada orang-orang yang berantakan padahal mereka lahir di keluarga baik-baik dan harmonis. Dan mereka-mereka ini lucunya akan senantiasa merindukan sesuatu yg tidak mereka miliki. “Kenapa sihh gue harus punya orangtua kayak gini, udah tukang ngomel, gue pulang pagi dikit aja rese minta ampun... Kenapa sih gue ga bisa punya orangtua yang asik kayak temen-temen gue? Yang ngebolehin gue nyimeng di kamar, ga perlu banyak komentar tinggal ngasih duit aja tiap bulan ke rekening gue, yang sering pergi keluar negeri jadi rumah gue kosong,... kan enak tuh...” Yah, bagaimanapun rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana merubah cara anda memandang hidup anda.

Pengalaman pribadi saya sudah membuktikan hal yang serupa dalam riset saya mengenai "rumus mencari kriteria pasangan", disaat saya dekat atau pacaran dengan seorang wanita yang nagging dan banyak maunya, maka pacar saya yang berikutnya setelah itu most likely adalah orang yang lebih mandiri dan gak nyusahin. Tapi lalu bisa saja ternyata gaya berpakaiannya yang mungkin menurut kamus saya masih kurang stylish. Maka kemungkinan besar wanita selanjutnya adalah seseorang yang sangat fashionable. Yang tetapi bisa saja tiba-tiba saya menemukan bahwa dirinya ternyata sangat matre. Sehingga akhirnya untuk pacar selanjutnya saya menemukan wanita yang lebih sederhana dan bisa diajak susah, tetapi sayang kurang cantik. Lalu akhirnya wanita berikutnya adalah wanita yang sangat cantik, namun sayang sekali posturnya agak pendek. Lalu akhirnya kemudian saya bersama wanita yang tinggi, tapi ternyata agak nagging.. Nah lho? Hahaha. Kok malah kembali lagi ke awal? Akhirnya semua terasa seperti gali lubang tutup lubang. Akhirnya satu-satunya rumus yang saya temukan cuma bahwa pacar saya berikutnya akan menutupi kekurangan yang dimiliki pacar sebelumnya. Kalo begini sih mau sampe kapan?

Pada dasarnya setiap hal akan selalu ada kekurangannya. Dan setiap orang akan selalu merasa iri terhadap orang lainnya. Untuk itulah penting diketahui bagi semua, siapapun, baik yang merasa dirinya sukses maupun gagal dalam kategori apapun, bahwa somewhere out there ada seseorang yang merasa iri dengan kehidupan yang anda jalani. Somewhere out there ada orang-orang yang berharap bisa memiliki istri/pacar seperti yang anda miliki saat ini. Somewhere out there ada orang-orang yang berharap bisa melakukan apa yang anda kerjakan saat ini. Dan selamanya juga kita harus sadar bahwa somewhere out there ada seseorang yang menjalani kehidupan yang benar-benar anda inginkan. It’s all natural.

Karena inilah dunia. Tidak ada formula logis seperti matematika dimana A akan selalu > daripada B. Atau E akan selalu = M*c^2. Karena di dunia ini, semua tergantung darimana anda memandang. Tergantung value apa yang sedang anda pegang saat ini.

Berbulan-bulan lamanya saya mencoba berdamai dengan diri saya sendiri. Berbulan-bulan saya menghadapi ego saya yang hancur perlahan-lahan. Dari seorang pekerja eksekutif yang lumayan berada dan agak sombong, hingga menjadi seorang yang sedemikian sederhananya dengan rekening bank yang kering. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang saya rindukan, seperti nonton konser, nonton bioskop, sampai minum-minum wine bersama kawan-kawan. Banyak sekali tempat-tempat yang tidak pernah saya datangi lagi, seperti cork & screw, kiyadon, sampai df. Dan semakin hari semakin banyak jumlah kehidupan orang lain yang saya iri. Apa saya harus menyalahkan semua kepada raygava et al.? Itu berarti saya sama dengan kebanyakan anak-anak broken home yang cuma bisa nyalahin keluarga. Gak biisa gitu dong.

Pada akhirnya, saya sadar bahwa saya harus menemukan kebahagiaan dari hal-hal yang sangat sederhana. Sesederhana nonton DVD di sore hari sendirian ditemani coffeemix dengan es batu. Karena saya pada akhirnya akan terus mengingatkan kepada diri saya bahwa hal inilah yang dulu selalu saya impikan disaat saya terpaku di depan layar komputer di siang hari dengan deadline yang numpuk. Hal yang akhirnya membuat saya berhasil berdamai dengan diri saya sendiri, and so should all of us, in our different conditions and situations. We’ll continue to envy others, that’s alright. But we shall also continuously shift our angles on the world around us. ;)

Kebahagiaan memang tidak ada rumusnya, karena kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Bahkan versi kebahagiaan menurut saya pun berubah-ubah. Jangan lupa bahwa 5 tahun yang lalu saya sangat ambisius dan punya keinginan untuk hidup di luar negeri bekerja sampai 5-10 tahun, sampai tabungan lumayan banyak, lalu baru kembali ke Indonesia. 2 tahun kemudian saya pulang ke Indonesia dengan versi kebahagiaan yang totally differrent. Hahahha.. Manusia kadang emang bego dan lucu.

Satu yang saya pelajari, hidup tidak akan pernah bisa direncanakan. Yang kita manusia bisa lakukan hanya beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi (bila memang baru saja terjadi perubahan dalam hidup anda), dan juga, beradaptasi kepada kekurangan-kekurangan, baik kekurangan dalam perjalanan karir anda, kekurangan istri/pacar anda, kekurangan finansial anda. Setiap anda merasa berkekurangan atau memiliki ketidakpuasan, berarti ada kesempatan baik untuk mengganti lagi sudut pandang anda. So,.... Let's change, shall we?